Bukan Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang
Cerita Mbah Slamet dukun Banjarnegara pengganda uang menjadi trending topik di Indonesia saat ini. Pasalnya, Mbah Slamet telah membunuh beberapa korban penipuannya. Mbah Slamet menipu korban dengan mengaku bisa menggandakan uang. Tetapi, postingan ini bukan cerita Mbah Slamet dukun pengganda uang di Banjarnegara tersebut. Ini Mbah Slamet dari pulau Asmara di negeri Cinta. Berikut kisahnya.
"Mbah Slamet yang sakti itu masih ada? yang katanya bisa menaklukkan hati banyak wanita?"
Armanto hingga kini belum menikah. Ia bekerja sebagai guru di sekolah swasta di dekat alun-alun. Gajinya tidak seberapa, hanya cukup buat makan, kadang sambil jualan online, tapi tidak rutin. Pikirnya, guru profesional itu harus fokus mendidik generasi bangsa: sore evaluasi pembelajaran yang sudah dilakukan, malamnya persiapan untuk esok harinya. Tetapi, gajinya tidak sebanding. Makanya, kadang terlintas untuk mencari jalan pintas untuk mendapatkan uang banyak.
Sebenarnya, ia tidak begitu butuh uang banyak, ia lebih membutuhkan wanita pendamping. Ia tidak terlalu gila harta, tapi kalau urusan wanita, ia ingin yang cantik. Sudah sejak lama ia ingin sekali menikah, tapi terbentur dengan ekonomi. Ia jadi tidak pede untuk melamar wanita idamannya.
"Kok menaklukkan banyak wanita sih, menggandakan uang..!" sanggah Santo.
"Iya, juga. Mbah Slamet kan dukun sakti, bisa banyak hal."
"Enak juga ya ke sana."
"Mau ngapain? Mau gandain uang?"
Armanto mulai merasa jengkel dengan keadaan. Ia mengajar, mendidik dengan maksimal, tapi merasa dimanfaatkan oleh pemilik sekolah. Bukan hanya dirinya, rekan-rekan guru yang lainnya juga merasa demikian. Wali murid membayar biaya cukup mahal, tapi gaji guru sangat sedikit. Para pejabat teras sekolah selalu membahas soal strategi marketing sekolah hampir setiap rapat, padahal menurut Armanto, proses pendidikan siswa lebih penting.
Jajaran manajemen dan pimpinan, katanya gajinya naik tiap tahun dan dapat THR setiap hari raya tiba, sedang guru tidak ada kenaikan dan tidak ada THR. Guru akan mendapat gaji tambahan jika membuat program-program menarik yang membuat orang tertarik untuk menyekolahkan anaknya. Lagi-lagi ini soal marketing, soal uang. Andai Armanto punya banyak uang, ia akan membuat sekolah sendiri, sekolah yang benar-benar untuk pendidikan.
"Kayaknya boleh juga ya dicoba, siapa tahu berhasil."
***
"Pak Rahmat itu tambah sukses ya," kata Bu Widya, guru Matematika, guru cantik dambaan hati Armanto.
"Bisnisnya terus berkembang," sahut Bu Ida, guru Bahasa Inggris. "Buka cabang baru lagi itu rumah makannya."
"Tidak perlu ke Mbah Slamet ya kalau sukses kayak gitu."
"Hmmm... Kayak gitu kok dipercaya."
"Hahahaha...."
Saat istirahat, ruang guru selalu ramai dengan diskusi.
"Apa ya rahasianya bisa sukses begitu?"
"Katanya di ngamalin sholawat nariyah, Buk," jawab Bu Dewi, guru Fisika.
"Hm... Memang banyak ya kisah sukses pengamal sholawat nariyah , nyata benar buktinya."
Sebenarnya Armanto sudah lama ngamalin sholawat nariyah, tapi kondisi ekonominya tetap begitu. Dia juga heran, kenapa ekonominya terus begitu. Pernah ia berpikir karena belum nikah, sempat ia berpikir untuk menikahi wanita tua biar tidak banyak pengeluaran, yang penting bisa memperluas jalan rizki, tapi tidak aberani juga, malu sama tetangga. Sepertinya ia ingin bertemu Mbah Slamet saja untuk menaklukkan hati Bu Widya.
***
Masuk jam ketiga. Kebetulan sekali, Armanto dan Bu Widya tidak ada jam ngajar, jadi di ruang guru hanya ada mereka berdua. Wah, pikir Armanto, andai mimpinya jadi kenyataan, Bu Widya jadi istrinya, betapa romantisnya, setiap hari berdua, tidur pun bersama. Ah, pikirannya jadi berhayal ke atas langit. Sesekali ia melirik Bu Widya, tapi tidak berani untuk mengajak ngobrol. Ingin rasanya Armanto nembak langsung, tapi bingung, tidak ada uang untuk acara lamaran, apalagi nikahannya. Pikirnya, andai saja ada wanita yang mau nikah tanpa acara-acara yang menghabiskan banyak uang, kan cepet selesai urusan.
Dua jam pelajaran terlkewat sia-sia. Darmanto tidak berbuat apa-apa. Padahal, andai ia berani nekad, ia sudah bisa mengungkapkan cintanya, mengajak Bu Widya musyawarah, dan semacamnya. Tetapi, waktu sudah lewat, sudah waktunya ngajar lagi.
Jam terakhir Darmanto dan Bu Widya kosong lagi, tapi ada satu guru lagi yang juga kosong, yakni Pak Rahamt, sang pengusaha suskes. "Kosong juga, Pak?" tanya Bu Widya pada Pak Rahmat.
Wah, pikir Darmanto, kok gampang sekali ia nyapa Pak Rahmat, apa karena orang sukses?
"Iya, kosong. Bisa buat bersantai, sambil cari ide bisnis."
"Waaahh.... Tambah sukses terus ya... Semangat terus...!!"
"Hehehe.... iya, buat modal kawin lagi."
"What....?!!"
"Hahahahaa.... Becanda, becanda, becanda."
Bu Widya geleng-geleng kepala. "Dasar laki-laki."
"Jatahnya kan empat."
"Bagi-bagi tips sukses gitu loh..."
"Gampang, selalu positive thinking, yakin Allah pasti memberi rezeki, banyak bersyukur mengapresiasi pemberian-Nya, jalani hidup dengan semangat, jangan banyak mikir. Itu resepnya."
"Wah... dalem banget."
"Tidak sedikit orang itu yang kebanyakan mikir, selalu ribet, kalau gini, kalau tidak gini, gimana kalau, kalau, dan seterusnya... Pusing sendiri jadinya. Padahal, simple, Ikhtiar sebisanya, lakukan dengan penuh syukur, rasa bahagia, serahkan hasilnya pada Allah, berbaik sangka pada Allah. Semua yang terjadi, yang terbaik dari Allah."
Wah, sepertinya Darmanto setuju dengan apa yang dikatakan Pak Rahmat. Selama ini dirinya memang banyak mikir, khawatir akan terjadi hal-hal buruk di masa depan.
"Dan jangan lupa banyak baca sholawat," imbuh Pak Rahmat. "Itu ibadah paling gampang untuk meraih cinta Allah, pasti sampai pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
***
>>bersambung
mbah slamet pembunuh
mbah slamet facebook
mbah slamet serial killer
Belum ada Komentar untuk "Bukan Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang"
Posting Komentar