Featured post

Menikahi Janda Kaya Untuk Biaya Kuliah

BAB 1: Makan Malam Masakan Ibu Kost Ada orang ketuk pintu. Rian membuka kamar kostnya. Rupanya ibu kostnya, Bu Rahma. "Ibuk masak agak ...

Diizinkan Menikah Lagi

______________
______________

Diizinkan Menikah Lagi

“Berangkat jam berapa ke kampus?” tanya Rian lewan IG.

Olivia selalu cepat membalasnya. “Jam 8,” jawabnya.

“Ntar makan siang sama aku ya?”

Olivia kirim emot tertawa. “Ok.”

Rian kaget. Pikirnya, ia akan menolaknya atau merasa malu. Aneh. sejak awal kenal dia, mulus saja jalannya. Terasa gampang banget. Sempat Rian pikir dia cewek gampangan. Tapi, tampaknya dia rajin ibadah. Rian pun berangkat ke kampus sebelum jam 8, padahal kuliahnya sekitar jam 10.

Tiba di kampus, Rian kirim pesan, “Aku udah di kampus.” Kayak sudah jadi pacarnya saja.

Olivia pun segera membalas. “Baru sampek gerbang.”

Rian jalan kaki ke double way menuju gerbang kampus. Dilihatnya Olivia berjalan sendirian. Langsung saja ia menghampirinya, “Ada kuliah?”

“Nanti jam 9. Mau ke perpustakaan aja. Kamu?”

“Tidak ada.”

“Kok pagi?”

Rian tersenyum. “Nggak ada, mau ketemu kamu aja.”

Olivia tersenyum. “Mau ke perpustakaan juga?”

“Iya.”

Mereka pun ke perpustakaan. Rian merasa jadi single lagi. Lupa pada istri saat begini. Olivia cantik, anggun. Rian terpesona. Tak pernah terbayang sebelumnya bisa berjalan berdua dengan cewek cantik seperti ini. Rian masih penasaran, Olivia single atau sudah ada yang punya. Mumpung lagi berdua, ia tanya aja. “Kamu belum punya pacar?” tanyanya.

Olivia tersenyum. “Tidak. Belum mikir ke sana,” jawabnya. “Langsung nikah aja ntar.”

Wah, mantap. Andai Rian masih single, langsung lamar saja. Sayangnya, harta yang ia miliki adalah milik istrinya. Kenyataan memang tak selalu sesuai keinginan.

***

Panas matahari menyengat, tepat di ubun-ubun. Rian menunggu Olivia di depan masjid. Ada rasa senang, ada rasa khawatir, ada rasa takut. Bingung. Entah apa yang akan terjadi nanti? Tentu dirinya akan semakin dekat dengan Olivia. Bagaimana dengan Bu Rahma? Tak lama kemudian Olivia keluar dari bilik sebelah kanan. Begitu anggun dia.

Olivia segera menghampirinya. “Makan dimana?” tanyanya.

Hmm… Cantik sekali. Sikapnya yang agak manja bikin Rian lupa dunia. Jadi terasa berdua di surga.

“Di warung Dapur Mama, depan.” Romantis sekali.

Waaahh… Seneng banget. Masakannya mantap di situ.

***

Elin mencoba membicarakan lagi soal anak dengan Andi. “Kalau mas mau nikah lagi, tidak apa-apa,” katanya.

“Ssssst…!! Jangan bilang begitu.” Menurut Andi, tidak ada wanita yang tidak sakit hatinya karena rasa cemburu.

“Usia terus bertambah, kita akan semakin tua.”

“Terus berdoa saja pada Allah.”

Rupanya Elin sudah mulai memikirkan hari tua. Memang, menyuruh suami nikah lagi itu bisa jadi bumerang. Bisa jadi Andi malah meninggalkan dirinya. Tetapi, ia yakin Andi orang baik. Menurutnya, usia semakin bertambah, tidak akan lagi mikir hal-hal romantis. Elin pun mencoba terus mendesak Andi untuk menikah lagi saja.

Andi merasa tidak akan tega melihat dua wanita didera rasa cemburu. Memang, kemauan Elin agar dirinya menikah lagi juga tidak salah. Sebab dia memang divonis tidak bisa hamil oleh dokter. Apalagi dalam islam, mau dimadu itu berpahala bagi istri. Kalaupun terpaksa harus menikah lagi, mungkin Andi akan menikah dengan wanita tua yang masih bisa punya anak saja, pikirnya. Mungkin yang sudah tua, tak punya rasa cemburu lagi.

“Wanita tua itu sudah tidak bisa hamil, Mas,” kata Elin. “Kalaupun bisa, resikonya besar.”

“Insya Allah dengan panduan dokter, aman.”

“Memang mas mau sama wanita tua?”

“Tujuannya kan hanya agar punya anak; bukan untuk bersenang-senang.”

“Ya… Tidak apa-apa, kalau mas mau.”

Menurut Andi, istri dua pasti ribet. Tapi gimana lagi, agar bisa punya anak, memang harus menikah lagi. Dirinya ingat waktu di kampung dulu, ada ibu-ibu yang sudah punya cucu masih punya anak lagi. Mungkin karena konsumsi mereka makanan alami. Mungkin Andi bisa menikahi wanita seusianya. Setahu dia juga, kalau di kampung, ibu-ibu tidak cemburuan. Biasanya yang penting dikasih uang.

Andi pun mencoba ke daerah pedesaan cari calon istri kedua. Aneh rasanya. Tetapi, tidak apa-apalah. Pikirnya, kayak nyari indukan hewan ternak aja. Tetapi, bingung juga jalan-jalan tanpa tujuan. Ia pun beralih ke online. Banyak grup cari jodoh. Siapa tahu ada yang cocok. Ia posting di beberapa grup menggunakan akun samaran.

Banyaklah yang tertawa di komentar, tapi ada juga yang memuji. Katanya, sudah benar, demi istri pertama yang sudah lama setia, biar tidak cemburu. Ada satu inbox yang menarik perhatian Andi: “Ada, tetanggaku, 50 tahun lebih, dia tinggal sendiri, anaknya di luar negeri tidak ada kabar. Siapa tahu masih bisa punya anak.”

Coba saja Andi minta alamatnya. Tak perlu tahu fotonya, yang penting bisa punya anak. Tetapi, coba Andi cari-cari info lain, siapa tahu ada solusi lain selain nikah lagi. Ia coba browsing internet solusi bagi wanita mandul agar punya anak. Mesin mbah google memang cerdas, di suatu website ada yang mengulas 9 solusi agar wanita yang divonis mandul bisa hamil dengan beberapa teknik. Wah, lumayan. Tidak perlu nikah lagi, pikir Andi. Ia coba tunjukkan pada istrinya.

“Boleh dicoba."

................. baca dari Bab 1

Belum ada Komentar untuk "Diizinkan Menikah Lagi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel