Featured post

Menikahi Janda Kaya Untuk Biaya Kuliah

BAB 1: Makan Malam Masakan Ibu Kost Ada orang ketuk pintu. Rian membuka kamar kostnya. Rupanya ibu kostnya, Bu Rahma. "Ibuk masak agak ...

BAB 20: Lamaran Ustadz Kaya

______________
______________

 BAB 20: Lamaran Ustadz Kaya

BAB 18 dan 19

Pagi ini mulai ada beberapa pembeli. Mak Da lumayan ahli ilmu pemikat, katanya bisa bikin orang tertarik untuk beli, tapi kadang malah tertarik ke orangnya. Hamdi juga di situ menemani, tapi di lantai dua. Mobilnya diparkir di belakang. Jadi berjauhan sama kedua istrinya sekarang. Biasanya selalu serumah. Mak Lastri dan Mak Da tidak masalah. Yuli yang agak keberatan. Tetapi, tidak berani juga untuk mengutarakannya.

Suasana toko jadi tenang karena Hamdi setel suara murotal para syeikh yang enak suaranya. Dia sangat suka lantunan suara Syeikh Abdurrahman al Ossy. Seperti pesan ustadzah Ana, sambil ia dengar, sambil ia tirukan.

Sehabis dzuhur ustadzah Ana ke toko. Hamdi senang sekali, tapi ia kok jadi khawatir lagi. Khawatir rahasianya terbongkar. Sudah banyak orang kenal Mak Da, tapi tidak tahu kalau beliau istrinya. Gawat. Ah, sudahlah, pikirnya, ia bisa ngaku supirnya atau karyawannya. Ustadzah Ana langsung parkir mobil di belakang.

“Assalamualaikum, Mak,” sapa beliau.

“Waalaikumsalam. Ramai, Mak, hari ini?”

“Lumayan. Tadi pas buka langsung ada yang beli madu dua.”

“Alhamdulillah. Ini, saya bawain durian, Mak.”

Akur banget beliau sama madunya. Mak Da juga senang. Kayak punya menantu cantik aja rasanya. Hamdi mendengar percakapan mereka dari atas. Pikirnya, ustadzah Ana unik. Ia pun segera turun.

“Ayo ke kamar,” ajak Hamdi. Ustadzah Ana menoleh Mak Da sambil tersenyum. Mak Da tersenyum juga. “Mak Da sudah tadi malam,” kata Hamdi. Mereka pun ke kamar belakang.

***

Capek sekali, menjelang ashar ustadzah Ana kembali ke pesantren. Sehabis sholat ashar berjamaah, ada tamu mengendarai Fortuner. Ustadz Firdaus, salah seorang pengajar di pesantrennya ustadzah Ana mendekati sang tamu. Ustadzah Ana mengintipnya dari jendela. Ustadz Firdaus tampak akrab sekali, seperti sudah kenal lama. Ustadz Firdaus mengantarnya ke rumah ustadzah Ana. Ustadzah Ana jadi bertanya-tanya siapa tamunya tersebut.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Sang tamu dipersilahkan masuk. Ustadz Firdaus menemani. “Tambah berkembang ya pesantrennya,” kata sang tamu.

“Iya, alhamdulillah,” respon ustadzah Ana.

Tak lama kemudian sang tamu pun mengutarakan niatnya untuk mempersunting ustadzah Ana sebagai istri ketiganya. Ustadz Firdaus kaget. Setahu beliau, sang tamu ini sudah punya empat istri. “Lembaga saya sudah memiliki 8 cabang di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.” Wow, fantastis…!! Beliau menunjukkan gambar lembaga pendidikan Tahfidz miliknya. Ustadzah ana kaget. Gedungnya seperti hotel bintang lima, tinggi menjulag, ruangannya full AC semua. Pikir beliau, ini pesantren apa hotel? “Tahun ini akan membuka 5 cabang lagi,” lanjut sang tamu. “Ada sekitar 40 syeikh dari timur tengah,ada native dari Amerika dan Eropa juga.”

Ustadzah Ana coba nanya, “Berapa gaji syeikhnya?”

“Seribu dolar, dapat tempat tinggal, apartemen atau rumah layak.”

Ustadzah Ana tertawa. Pikir beliau, orang ini salah alamat. Lembaga seperti ini mana cocok didirikan di kota kecil. “Maaf, saya belum bisa menjawabnya,” kata beliau.

“Tidak apa-apa, saya tunggu jawabannya.” Lalu sang tamu pergi.

Ustadzah Ana tanya detail ustadz Firdaus, siapa sebenarnya sang tamu.

“Maaf, Ustadzah. Lembaga beliau memang punya banyak cabang, tapi itu sistem franchise kayak indomaret. Jadi, bagi hasil dengan pemilik gedung.” Kayak bisnis lembaganya, pikir ustadzah Ana. “Kalau syeikh dan para ustadznya memang bagus-bagus, tapi dimanfaatin, kayak dijual. Saya merasakan sendiri waktu di lembaga beliau.” Ustadz Firdaus blak-blakan saja. Dari pada banyak orang tertipu oleh lembaga pendidikan tahfidz palsu. “Siswa kelas tiga SMA-nya saja banyak yang tidak bisa ngaji, Ustadzah.” Ustadzah Ana kaget. “Para ustadz sibuk dengan urusan marketing. Banyak program yang harus dilakukan hanya untuk nambah penghasilan. Setiap program, wali murid harus bayar. Tidak fokus pada pendidikan.”

Ustadzah Ana geleng-geleng kepala.

“Memang bagus sih, bisa menyejahterakan para pengajarnya, para ustadz, tapi kebohongan itu tidak menentramkan. Manajemennya kacau. Para petingginya hidup mewah semua, istrinya banyak semua.”

“Beliau istrinya dua?”

“Terakhir saya tahu beliau, istrinya empat, yang terakhir mahasiswa.” Ustadzah Ana kaget mendengarnya. “Memang sih, katanya hanya istri pertamanya yang abadi.”

Ustadzah ana baru dengar ada lembaga pendidikan dibuat bisnis, sampai ada istilah bagi hasil. Di foto yang ditunjukkan tadi, sepertinya ada office boy berseragam rapi sekali. Wah, berarti santrinya tidak diajari mandiri kalau sudah ada office boy. Seluruh ruangannya full AC, hehe… pules tidur santrinya. Mana tahu mereka rasanya hidup susah kalau begitu, pikir beliau. “Berapa lama ustadz di sana dulu?”

“Dua tahun, Ustadzah. Alirannya juga tidak bagus, Ustadzah. Setiap yang beda pendapat, langsung diberi label orang sesat. Sesama mereka pun begitu.” Kesempatan bagi Ustadz Firdaus bicara banyak dengan sang pimpinan cantik. Jarang-jarang bisa bicara begini dengan beliau. Siapa tahu ada peluang jodoh.

“Baik. Terima kasih infonya, Ustadz.”

Ustadz firdaus pamit. Ustadzah ana pun segera istirahat.

***

Lantunan suara merdu Syeikh Abdurrahman Al Ossy bikin Hamdi seperti mau nangis. Merdu sekali suaranya. Biasanya sehabis maghrib membaca beberapa amalan dzikir, tapi kali ini Hamdi tertarik dengan berlatih membaca Al Quran sambil mendengarkan suara bacaan syekh.

Ustadzah Ana malam ini menguji beberapa santrinya yang sudah hafal 15 juz. Beliau jadi agak kurang fokus, tidak seperti biasanya. Apa ini karena pernikahan rahasia? pikir beliau. Sebagai pimpinan pesantren, tak sepatutnya melakukan pernikahan rahasia. Seakan tak sadar melakukannya. Andai putranya yang sekarang belajar di pesantren di Jawa Tengah tahu, pasti dia akan sangat malu.

Belum ada Komentar untuk "BAB 20: Lamaran Ustadz Kaya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel