Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Ternyata Di Harvard Bisa Nyogok Juga

______________
______________

cara daftar di universitas harvard, cara mendaftar di universitas harvard,

Saya baru saja membaca sebuah diskusi di Quora, yang memulai diskusi merupakan salah satu mahasiswa Harvard. Cukup mengejutkan judulnya: Can You Buy Your Way into Harvard. Kampus ternama yang saya tahu dari film Love Story in Harvard. Sebenarnya bukan tentang sogok-menyogok, tetapi hak spesial bagi anak donatur. Biasalah kampus swasta.

Dia menilai ini ketidakadilan. Para anak donatur ini sudah merebut jatah orang lain yang sudah bekerja keras dengan usaha sendiri. Sedangkan para anak konglomerat ini hanya menandalkan harta orang tuanya. Di Indonesia hal seperti ini juga terjadi, mungkin banyak. Kata teman saya, kebetulan kampus dia peringkat atas di Asia. Kata dia, anak pelayan pemangku wilayah bisa masuk tanpa tes karena orang tua mereka sudah ikhlas mengabdi. Seorang dekan fakultas kedokteran pernah bercerita, kata beliau, alat-alat praktek harganya cukup mahal, keuangan tidak cukup. Sehingga, dibukalah jalur khusus dengan biaya yang sangat mahal untuk menutupi kekurangan tersebut.

Baca juga: TERTIPU LABEL SEKOLAH SUNNAH

Pada diskusi tersebut ada yang menganggap boleh-boleh saja anak donatur masuk tanpa tes. Orang tua dia sudah memberikan kontribusi pada kampus. Semua mahasiswa menikmati donasi tersebut.

cara daftar di universitas harvard, cara mendaftar di universitas harvard,

Ada beberapa hal yang saya soroti dalam hal ini: Keadilan, Keberuntungan, persaingan hidup, dan strategi.

Hidup adalah Kompetisi. Semua orang berlomba untuk mendapatkan kesuksesan, termasuk kesuksesan untuk diterima sebagai mahasiswa Harvard. Kita semua sepakat bahwa dalam pertandingan harus adil. Ada aturan, pemain tidak boleh melanggar aturan permainan. Tetapi, strategi itu tidak dilarang dan setiap peraturan selalu menimbulkan multitafsir. Dalam pertandingan balap motor, terkadang sang lawan terjatuh di dekat garis finish, ya... itu keberuntungan. Terkadang sang lawan menyikut dan tidak diketahui wasit, menanglah dia. Seorang pembalap dipepet lawannya hingga dia keluar jalur dan jatuh.

Apa itu adil?

Beragam definisi adil. Jika definisi adil adalah sama rata, maksudnya, jika yang satu berjuang sendiri maka yang lain harus berjuang sendiri, berarti hak istimewa pada anak donatur tersebut tidak adil. Tetapi, jika definisi adil adalah memberi hak sesuai kontribusinya, mungkin hak istimewa pada anak donatur tersebut sudah termasuk adil.

Untuk menjadi juara memang perlu stragegi jitu. Dan, tak jarang, suatu kesuksesan membutuhkan strategy yang "Out of the box", bahkan perlu "break the rule", ya, perlu melanggar aturan baku. Di dunia sastra, dulu diatur barisnya, baitnya, sajaknya, tapi muncul puisi kontemporer yang bebas tanpa aturan. Di dunia jurnalistik, muncul gaya baru, yaitu jurnalisme sastrawi.

Hehe... kok jadi ngelantur. OK, kembali ke laptop.

Apakah semua siswa yang dierima karena nyogok itu bodoh? dan apakah semua yang lulus test itu memang bagus kwalitas akademiknya?

Banyak terjadi bintang pelajar tertinggal saat belajar di perguruan tinggi. Banyak juga anak yang cerdas ketika SMA tapi gagal masuk tes perguruan tinggi. Begitu juga sebaliknya. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tes masuk tidak selalu akurat.

Lalu, bagaimana dengan hak spesial bagi anak donatur?

Menurut saya pribadi, itu boleh-boleh saja. Menurut saya, yang besar resikonya jika dalam proses pendidikannya fiktif. Apa itu proses fiktif? Siswa masuk ke suatu lembaga pendidikan itu untuk mendapatkan pengalaman belajar yang membuat dirinya berkembang: bertambah ilmu dan skill. Hal tersebut tidak akan mereka dapatkan jika prosesnya fiktif. Contohnya, siswa yang tidak belajar nilainya 90, siswa yang jarang masuk juga 90, pokoknya semua wajib mendapat nilai diatas 85. Ini yang tinggi resikonya. Gara-gara proses fiktif ini generasi muda kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar. Mereka telah gagal sebelum gagal.

Itu dulu pendapat saya tentang hak istimewa bagi calon peserta didik tertentu.

Belum ada Komentar untuk "Ternyata Di Harvard Bisa Nyogok Juga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel