Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Tak Sengaja Bertemu Papa Muda

______________
______________

Tak Sengaja Bertemu Papa Muda

Rudi baru saja tiba di tempat kost barunya. ada 16 kamar berjajar. Ada yang tinggal bersama keluarganya di situ, ada yang sendirian, campur laki dan perempuan dalam satu lingkungan. Rudi jadi teringat saat berkunjung ke tempat kakak sepupunya dulu di Surabaya. Pak kostnya cerita beberapa kasus perselingkuhan yang terjadi di tempat kost tersebut. Dirinya pun jadi khawatir. Ibu kost menunjukkan kamar nomor tiga dari ujung barat, menghadap ke selatan.

Lumayan ramai di tempat kost tersebut, banyak ibu-ibu dan mbak-mbak yang lagi bersantai ngerumpi di teras kost. Lama-lama Rudi juga akan kenal mereka. Ia pun langsung menata barang-barang miliknya di kamarnya. Bertahap Rudi beradaptasi dengan suasana baru dan mengenal keadaan. Kamar sebelah kanan dihuni perempuan lajang, sedangkan kamar sebelah kiri dihuni janda beranak satu.

"Orang mana di sebelah ini?"

Tanya seorang perempuan di luar pada yang lain. Rudi mendengarnya.

"Katanya orang Jawa."

"Sendirian?"

"Iya."

"Ical...!! Jangan main di situ...!!"

baca juga: Cerpen Rahasia Cinta Keperawanan yang Hilang

Anak janda di sebelah lari-lari di depan kamar Rudi. Mungkin usianya belum genap 2 tahun. Setiap berangkat dan pulang kerja, Rudi menyapa teman-teman kostnya yang sedang berada di teras. Anak janda itu pun juga mulai mengenalnya. Suatu sore anak itu malah masuk ke kamarnya. Rudi mencandainya, imut, lucu. Ibunya binggung mencarinya. Rudi pun menggendongnya keluar.

"Loooh... kok main ke situ?!" kata ibunya.

Anak itu malah keasikan digendong Rudi.

"Sini..."

Rudi memberikannya. Anak itu masih memandang Rudi meskipun sudah di pangkuan ibunya. Rudi masuk lagi ke kamarnya melanjutkan promosi bisnis onlinenya. Di grup marketing online ada yang curhat, katanya Google sudah berbuat kesalahan, banyak yang komplain terhadap update terbarunya. Thread tersebut langsung ramai. Rudi mengikuti membaca diskusi mereka. Memang, sebulan terakhir ini pengunjung websitenya turun lebih dari 50%. Bahkan websie lain ada yang hilang 100% pengunjungnya. Bukan hanya itu, katanya di forum luar negeri, malah ada yang komplain, mesin pencari Google tidak akurat di beberapa negara.

Bisnis memang cukup memusingkan. Tetapi, Rudi tidak mau menyerah. Ia sudah bertekad harus sukses di dunia online marketing. Setiap hari, siang dan malam ia habiskan waktu mencari strategi baru dan melakukan eksperimen strategi terbaru yang didapatnya. Sampai-sampai tidak ia rasakan lagi bedanya malam dan siang. Ia tidur kalau tertidur saja. Kadang tertidur di depan laptopnya. Targetnya ingin segera menjadi bos untuk diri sendiri, tidak menjadi pegawai lagi.

Suatu sore anak itu masuk ke kamar Rudi lagi. Rudi menyambutnya dengan canda. Kebetulan ia punya wafer dan roti. Anak itu suka. Rudi melihat ke luar, ia sadar, rupanya masih siang. Begitulah, ia tidak bisa mikir lagi apakah sedang malam atau sedang siang. Anak itu ingin main laptopnya Rudi. Ia pun membiarkannya. Ia cari video bayi di YouTube dan ditampilkannya. Anak itu tertawa dan memegang layar laptopnya.

Ibunya memanggilnya dari teras. Rudi menggendong anak itu diantarnya keluar. Berulang kali begitu hingga akhirnya Rudi pun agak akrab sama ibunya anak itu. Bahkan ia mulai merasa, sepertinya, wanita itu cocok buat jadi teman hidupnya, biar dia tidak kesepian, biar tidak tinggal sendirian.

"Mbak tidak mau nikah lagi?" tanya Rudi saat mbak itu di depan kosannya.

Mbak itu kayak malu. Sambil tersenyum ia jawab. "Ingin sebenarnya," jawabnya sambil memandang Rudi. Seperti sangat berharap.

Hawa hangat terasa merasuki dada Rudi. Cantik sekali dia. Mempesona wajahnya. Agak lama keduanya beradu pandang. "Sama saya," kata Rudi.

Wanita itu kaget. "Mas..."

"Iya. Mau jadi istri saya?"

Ia tampak bingung. Ia sudah kenal Rudi. Sudah tahu dia lelaki baik. "Mas serius?" bukan nanya sebenarnya. Sekedar basa-basi saja.

"Kalau mbak mau, kapan saya bisa ke rumah mbak, bertemu orang tua mbak?"

Ia bernafas dalam. "Saya kabari orang tua dulu ya."

"Iya."

bersambung



Belum ada Komentar untuk "Tak Sengaja Bertemu Papa Muda"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel