Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Kumpulan Cerpen Islami Pilihan

______________
______________

Kumpulan Cerpen Islami Pilihan

Cerpen atau Cerita pendek merupakan cerita fiksi atau cerita hayalan yang menarik untuk dibaca, namun selain sebagai hiburan, cerita fiksi juga mengandung banyak manfaat. Membaca kumpulan cerpen islami bagi anak muslim cukup bermanfaat. Ada banyak kisah teladan di dalamnya, ada banyak contoh karakter baik di dalamnya. Ada banyak pelajaran terselip dalam cerpen islami.

Cerpen Islami Singkat

"Ini bukan tuntunan agama...!! Ini dilarang...!!"

Semua orang kaget Pak Rahmat tiba-tiba teriak begitu. Keseharian Pak Rahmat bekerja sebagai kuli bangunan. Aneh, tiba-tiba dia protes kegiatan keagamaan rutin di masjid. Sebagian orang mengira ia becanda. Tetapi, kok lama-lama tampak sekali ia serius. Sebagian warga pun marah dan hendak menghjarnya. Untungnya banyak yang menenangkan. Pak Rahmat pun jadi tampak ketakutan.

"Pak Rahmat, sini," Pak Haji Sarman meminta beliau duduk. Semua orang pun duduk melingkar, termasuk Pak Rahmat. "Sudah berapa lama, Pak Rahamt belajar agama?" tanya Pak Haji Sarman.

"Sudah tiga bulan," jawabnya, agak gemetar. Mungkin merasa dihakimi.

"Pak Rahamt tahu ulama?"

Beliau tidak segera menjawab. "Tahu, Pak," jawabnya kemudian.

"Pak Rahamt tahu berapa lama ulama belajar agama?"

Pak Rahmat tampak bingung  untuk menjawab. "Lama, Pak," jawabnya.

"Mana lebih berilmu? Pak Rahmat atau ulama?"

"Ulama," jawabnya.

Pak Rahmat tidak berani memandang wajah orang-orang di sekelilingnya, mereka tampak marah semua.

"Terus, mana yang benar? Ulama atau Pak Rahamt?"

"Saya kata ulama?"

Banyak yang berseru menunjukkan amarah. Pak Rahmat terlihat semakin gugup. Sebagian tak tahan ingin ikut dialog, tapi banyak yang menahannya karena Pak Haji belum selesai.

"Jadi, Pak Rahmat sudah menjadi ulama sekarang? Berani menyalahkan ajarannya ulama?!" suara Pak Haji mulai meninggi.

"Tidak. Tapi... Yang benar kan..."

"Pak...!!" Pak Ridho menyela dengan amarah. "Semua orang ini merasa benar....!! Makanya ikut ulama...!!" yang lain segera menenangkan beliau. "Sok berilmu...!!"

"Pak Rahmat, perbedaan pendapat itu sudah terjadi sejak zaman Rasulullah. Hanya saja, dulu ada Rasulullah," lanjut Pak Haji Sarman. "Jadi, yang dari Nabi, pasti yang paling benar. Itu dulu, waktu ada Nabi." Pak Rahmat menyimak dengan seksama. "Kalau sekarang ada yang merasa paling benar, apa merasa sama dengan Nabi?"

Baca juga: Ini rupanya 73 Golonan Umat Akhhir Zaman

Cerpen Islami Romantis anak SMA

"Maaf, Silfi," Silfi kaget. Tidak biasanya Andi mau bicara sama cewek. Semua temannya tahu dia anti sama cewek. "Boleh saya bicara sebentar?" pintanya. Silfi tersenyum.

"Boleh," jawab Silfi.

Andi melihat senyum Silfi, itu tandanya dia tidak keberatan. "Maaf, Silfi," sekali lagi dia bilang maaf. Silfi tertawa dalam hati. Baru kali ini ada cowok, mau bicara aja perlu minta maaf. Tidak to the point dia. "Sebenarnya sudah lama saya ingin menyampaikan ini..." Silfi jadi menebak-nebak. Sepertinya Andi mau nembak dirinya. Ia jadi deg-degan. "Tetapi, saya pikir waktu yang belum tepat." Silfi semakin yakin dia mau nembak dirinya. Silfi sendiri memang tidak pernah mau pacaran. "Sekarang kita sudah kelas tiga, sudah mau lulus. Saya rasa, sudah waktunya saya sampaikan ini," masih bertele-tele dia. Silfi jadi tidak sabar. "Aku ingin melamar kamu, Silfi." Dwaaaarrrr.....!!

Akhirnya tebakan Silfi benar. Dia jadi tidak sanggup memandang wajah Andi. Dia bingung harus jawab apa.

"Sebenarnya sejak kita kelas dua," lanjut Andi. "Tetapi, aku ingin yang halal." Silfi jadi terharu. "Makanya aku memilih bisnis dulu." Silfi terenyum, dia bingung bersikap. "Sekarang, alhamdulillah sudah sukses."

Anak desa tidak banyak yang lanjut kuliah, mungkin termasuk Silfi juga. Sebenarnya, lamaran Andi itu kabar baik bagi dirinya dan keluarga. Sungguh luar biasa, dia mau susah-susah bisnis demi cinta yang halal. Kedua orang tuanya tentu senang dapat menantu yang sudah sukses. Biasanya anak desa menikah tigak menunggu sukses, banyak yang numpang hidup sama mertua.

Silfi curhat sama Pak De-nya. Beliau memang lebih perhatian dibanding orang tua Silfi sendiri. "Coba kamu istikhoroh dulu. Pilihan Allah itu lebih baik," nasehat beliau. Dari cara beliau menanggapi, sepertinya beliau senang mendengarnya. Andi sabar menunggu jawaban Silfi. Ia pasrah, ikhtiar sudah dilakukan. Jodoh itu rahasia Allah. Kalau memang bukan jodohnya, tidak bisa dipaksakan.

Hari Rabu jam 09.30 Silfi memberi jawaban. Ia menemui Andi yang sedang membaca buku di perpustakaan. Karena banyak temannya, Silfi menjawabnya dengan kertas yang ia selipkan di buku. Ia letakkan di meja Andi, lalu keluar lagi.

Assalamualaikum, calon imamku
Tiada hari terindah
dunia seakan surga
tak sabar rasanya
janur kuning hiasi halaman
dan kita berdua duduk berdua
seperti permaisuri dan raja
Aku bahagia

Puisi singkat itu jawabannya. Andi keluar dan menuju musholla. Sujud syukur ia di sana.

baca juga: Dialog cinta antara ashar dan maghrib

Cerpen Islami Motivasi Singkat

"Kamu mau kuliah dimana?"

"UGM."

"Wah, keren. Jurusan apa?"

"Manajemen. Kamu?"

"Aku mau mondok."

"Mau jadi kyai?"

"Tidak."

"Mau kerja apa nanti?"

"Aku ingin bisnis kayak mas iparku."

"Bisnis apa dia?"

"Banyak, kuliner, fashion, teknologi juga."

"Kuliah dimana dulu?"

"Dia tidak kuliah, hanya mondok saja."

"Kok bisa bisnis kayak gitu?"

"Katanya ikut komunitas, banyak belajar online katanya."

"Wah, otodidak berarti."

"Iya. Kata beliau, kalau ingin sukses, berbanyak relasi, hormati orang tua dan guru. Itu jalan sukses. Jangan mengingat-ingat kesalahan mereka. Jadi,bukan tergantung ijazahnya."

Farhan dan Arman baru saja lulus SMA. Dulu Farhan ingin sekali masuk jurusan keguruan. Tapi, setelah tahu gaji guru kecil sekali, dia tidak jadi. Pikirnya, kalau ngajar ilmu agama sih masih mending, meskipun tidak dibayar, masih ada nilai akhiratnya. Kata mas iparnya, lebih baik dalami ilmu agama, untuk cari uang, bisnis saja.

Farhan sekarang belajar bahasa Arab, dibimbing mas iparnya. Mendengar cerita tentang banyak sarjana yang menganggur, lulusan SMA juga banyak yang tidak bekerja, ada yang jadi TKI dan TKW juga, Farhan jadi semakin yakin bahwa kesuksesan tidak berkaitan dengan ijazah.

"Tapi, banyak loh, Han, alumni pesantren itu yang malas bekerja, hidupnya miskin."

Farhan tahu itu. Tetapi, yang menyebabkan mereka begitu kan bukan pondoknya. Buktinya, mas iparnya dia semangat. Pak Haji Hasan itu juga mondok saja, bahkan SD tidak lulus katanya, tapi sekarang jadi petani sukses. Kalau dibanding gaji kepala sekolah, jauh sekali.

"Yang sarjana juga, Man. sama aja."

"Iya, sih. Yang penting semangat. Aku belajar pemrograman sekarang."

"Suka IT kamu?"

"Tambah-tambah ilmu, siapa tahu jadi jalan sukses nanti."

"Sip. Aku lagi belajar bahasa Arab sekarang."

"Mau belajar di Arab kamu?"

"Doakan saja."

Cerpen Islami Persahabatan

"Suami kerja dimana, Mbak?" tanya Sandi pada penjual bakso itu.

"Cerai, Mas."

"Ow. Udah lama cerai?"

"Udah tiga tahun, Mas."

"Tidak ingin nikah lagi, Mbak?"

"Ingin sih, biar Allah saja yang menentukan."

Kebetulan lagi sepi pembeli. Kesempatan bagi Sandi. Sudah lama sebenarnya ia ingin tahu tentang penjual bakso cantik tersebut. Ia juga seksi sekali. "Sama saya mau, Mbak?" tanyanya.

Mbak itu tertawa. "Serius?" tanyanya.

"Serius, Mbak. Kalau mau, kita nikah," kata Sandi.

Mbak itu pun duduk di depan Sandi dan bertanya beberapa hal pada Sandi. Sebagai janda yang punya anak, tentu ingin sekali punya suami lagi biar beban hidiup jadi lebih ringan. Sandi senang sekali melihat ekspresi dia yang tampak senang sekali. Ia yakin, tarjet sudah didapat. Singkat cerita, keduanya pun menikah. Sandi hanya ingin menikmati kecantikannya sebenarnya, hanya itu. Mbak itu lupa tidak menanyakan detail apa pekerjaan Sandi, punya istri atau tidak. Dia memang hobi berburu wanita cantik, umumnya para janda.

"Kamu punya uang, Man?" tanya Sandi di Whatsapp.

Arman sahabat Andi sejak SMP. Keduanya selalu saling bantu. Sejak sama-sama menikah keduanya jarang bersama. Kini Sandi butuh uang cukup banyak. Padahal yang 5 bulan lalu belum bayar. Arman coba musyawarah sama istrinya.

"Tidak apa-apa, Mas," kata istrinya. "Siapa tahu bantu ringankan beban sahabat, rezeki kita tambah."

"Aamiin, semoga Allah beri kita kemudahan."

"Tunda dulu aja buat beli motor."

Arman beruntung sekali punya istri yang sabar dan setia. Sandi baru saja dimintai uang istri barunya, katanya buat biaya sekolah anaknya. Dia memang hobi kawin. Istri keduanya janda kaya, ia manfaatin hartanya. Untungnya perempuan itu segera sadar dan minta cerai. Arman tahu Sandi seperti itu sejak tiga tahun menikah dengan istri pertamanya. Padahal dulu dia baik.

Motor Arman mogok, padahal ia terburu-buru berangkat kerja. Terpaksa ia hubungi rekan, menyampaikan kalau ada kendala di jalan. Sebenarnya, motornya memang sudah terlalu tua, sudah waktunya ganti motor baru. Ia mencoba mencari bengkel terdekat, motornya didorong. Sekitar 100 meter baru ia dapati bengkel.

"Jualan motor bekas juga, Pak?" tanya Arman.

Bengkel tersebut lumayan besar, ada banyak motor di pajang di ruang sebelahnya.

"Ini harus bongkar mesin, Mas," kata montirnya. "Kalau mau tukar, banyak yang lebih bagus tu."

"Waduh, uangnya belum cukup, Pak."

"Tambahnya kredit aja, ringan kan jadinya."

Belum ada Komentar untuk "Kumpulan Cerpen Islami Pilihan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel