Featured post

Menikahi Janda Kaya Untuk Biaya Kuliah

BAB 1: Makan Malam Masakan Ibu Kost Ada orang ketuk pintu. Rian membuka kamar kostnya. Rupanya ibu kostnya, Bu Rahma. "Ibuk masak agak ...

Cerita Kehidupan di Sekolah

______________
______________

Seluk-beluk Kehidupan di Sekolah

Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Kali ini Ladang Cerita menerbitkan beberapa cerita pendek tentang sekolah. Cerpen merupakan cerita fiksi atau cerita hayalan yang kisahnya tidak terjadi di dunia nyata. Memang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen diambil dari kejadian nyata, namun tidak persis terjadi secara keseluruhan. Berikut beberapa contoh cerita pendek yang ceritanya tentang keidupan di sekolah.

Cerita pendek Tentang Siswa Miskin di Sekolah Desa

"Sepatumu baru, Man?" tanya Hadi.

Arman berkali-kali menyerbet sepatunya, gaya berjalannya pun berbeda, mungkin karena kebesaran. Orang tua biasanya membelikan yang agak besar karena anaknya masih dalam masa pertumbuhan. Terlihat sekali kalau sepatunya masih baru, masih mengkilat. Memakai sepatu baru itu sesuatu banget bagi anak desa. Kalau perlu malamnya tidak segera tidur, ngelihatin sepatunya. Diceritakannya pada teman-temannya, tokonya, jumlah pengunjung tokonya, pelayan tokonya, naik kendaraan apa, seru pokoknya.

"Iya," jawab Arman pura-pura cuwek.

"Apa merknya?" tanya Aziz.

Sebagian dari anak-anak itu memakai sandal jepit, ada yang tidak beralas kaki. Ada yang memang tidak mampu beli sepatu, ada juga yang memang lebih suka tidak memakai alas kaki. Fandi lebih suka memakai sandal jepit swallow warna biru. Dia punya sepatu sebenarnya, tapi jarang ia pakai. Rosi lebih suka tidak memakai alas kaki, lebih segar katanya.

"Beli es, Fan."

Sesampainya di sekolah, anak-anak bermain kejar-kejaran, ada yang bermain kelereng, ada yang bermain petak umpet. Fandi biasanya duduk di dekat pohon mangga nungguin daganannya. Ia bawa es setiap hari ke sekolah. Lumayan penghasilannya. Dulu Fandi tidak mau jualan di sekolah. Dia merasa malu. Dia baru mau jualan sejak kelas IV. Tetapi, dia minta upah agak banyak. Tentu saja dia mau, dengan uang tersebut ia bisa menikmati makanan yang enak, bahkan bisa beli mainan sendiri.

Di sekolah Fandi rela jarang bermain, kadang ikut main juga, tapi tidak jauh-jauh dari box esnya. Itu tidak masalah bagi dirinya, yang penting ia dapat uang agak banyak. Kelas V ia mulai berpikir lebih maju. Pikirnya, ternyata enak jualan, bisa dapat uang. Ia sudah tidak merasa malu. Kalau jualan banyak barang, bisa dapat uang lebih banyak lagi. Ia pun mulai cari ide.

bersambung

Guru Cantik Dari kota di Sekolah Desa

"Sangsi pelanggaran adalah bersih-bersih, lari dan push up," kata Pak waka kesiswaan "Tiga aktivitas tersebut bermanfaat bagi keehatan."
 
Tentu saja sejak kebijakan itu diberlakukan, setiap hari ada saja yang bersih-berish, yang lari dan yang push up. Sampa sangat diperhatikan di sekolah ini. Jika di depan kelas atau di dalam kelas ada sampah, maka semua siswa di kelas tersebut akan dihukum. "Kami sudah mendapatkan ide untuk poster bulan depan, Bu," kata Vino, ketua kelas pada wali kelasnya.
 
Ada beberapa poster yang terpampang, poster motivasi hidup sehat. Poster yang dipasang adalah karya siswa yang menjadi juara. Poster-poster tersebut diganti setiap sebulan sekali. Semua siswa berlomba berkreasi membuat poster. Nama-nama pemenang juga ditampilkan di poster tersebut. Tentu saja itu menjadi kebanggaan mereka.
 
Setiap hari Jumat pagi kegiatan jalan sehat sambil pungut sampah diikuti oleh semua warga sekolah. Kegiatan ini juga sebagai ajang promosi hidup sehat pada warga sekitar sekolah. Di sekolah ini juga ada ekstrakurikuler masak. Masakannya berupa masakan alami yang menyehatkan.
 
Dalam cerita pendek ini dikisahkan tentang program hidup sehat sekolah. Banyak pesan moral dalam cerita pendek ini, yakni tentang ide proram sekolah yang bagus, juga tentang sikap sekolah terhadap lingkungan. Dalam cerita pendek ini jua dikisahkan tentang bagaimana melibatkan siswa untuk membangun sekolah.

Cerita pendek Tentang Sekolah Sihir

Sandi merasa lelah, sudah lebih setahun ia wisuda. Gelar sarjananya tak banyak membantu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Padahal, teman di kampung yang tidak kuliah, bahkan tidak sekolah, sudah bisa beli motor sendiri, bahkan ada yang beli mobil. Mereka sudah pada menikah. Sandi merasa malu untuk diam di rumah. Sekarang ia bekerja sebagai penjaga toko di dekat kampusnya. Sebenarnya, ia sambil jualan sendiri, tapi susah laku.
 
Tetangganya ada yang sukses berdagang, katanya ia pake ilmu penglarisan. Tetapi, Sandi malu yang mau minta ajarin ilmu penglarisan padanya. Dirinya sarjana, masak belajar sama yang tidak kuliah. Akhirnya ia mencoba browsing di internet tentang ilmu penglarisan. Rupanya ia menemukan curhatan-curhatan orang tertipu iming-iming ilmu penglarisan.
 
Akhirnya, ia menemukan sebuah website yang menawarkan pelatihan ilmu sihir kaya. Kurikulumnya lumayan lengkap durasinya enam bulan. Ia coba cari tahu lebih detail tentang perguruan tersebut. Ia pun mencoba bertanya apakah bisa belajar online. Kayak sekolah di musim corona saja, belajar online. Rupanya, bisa. Sandi pun mendaftar.
 
Materi awal tentang mindset. Sandi diluruskan mindsetnya. Seorang pelajar ilmu sihir kaya, kata gurunya harus bersih hatinya, jauh dari sifat kotor, dan tidak sombong. Katanya, keberhasilan suatu ilmu itu adalah dengan kebersihan hati, keikhlasan dan ketundukan pada guru. Latihan dilakukan setiap malam. Tahap pertama Sandi latihan fokus.
 
Rupanya latihannya cukup berat. Padahal Sandi belajar ilmu ghoib agar cepat kaya atau cepat sukses. Jika seperti ini, kapan kayanya. Dia tidak sabar. Ia coba browsing-browsing lagi, mencari yang lebih instan. Rupanya ia kurang tertarik dengan kurikulum sekolah sihir kaya tersebut. Tetapi, ia tidak kunjung kaya.
 
Ia menemukan percakapan di salah satu grup Facebook.
 
"Ilmu paling ampuh itu ilmu penasihan."
 
"Kalah sama ilmu kebal."
 
"Orang kebal, kalau banyak musuh, bisa apes juga."
 
"Punya ilmu penasihan, apa bisa menghadapi musuh?"
 
"Kalau musuh sudah kasihan, apa mau menyakiti."
 
"Benar juga ya."
 
Sandi membaca percakapan tersebut. Akhirnya ia mendapat ide. "Kalau aku punya ilmu pengasihan, nikah sama orang kaya aja, biar cepat kaya," pikirnya.
 
Cerita pendek yang satu ini berkisah tentang sekolah sihir online. Di zaman ini masih banyak tempat belajar ilmu ghoib. Jadi, cerita pendek ini mengungkap tentang adanya sekolah sihir, bahwa mereka ada dan exist. Dalam cerita pendek ini dikisahkan tentang seorang pemuda yang ingin kaya dan ia menemukan informasi tentang sekolah sihir kaya. Tetapi, rupaya dikisahkan dalam cerita pendek ini tentang bahwa untuk menjadi kaya pun tidak mudah walau sudah masuk sekolah sihir. 

Cerita Manajemen SDM di Sekolah

"Iya. Kalau atasan kan Sultan, bebas."
 
"Tanpa alat ukur, langsung men-judge."
 
Semua guru diwajibkan mengikuti seminar yang diadakan di sekolah. Pematerinya kepala sekolah, wakilnya dan jajaran pengurus yayasan. Bagi guru baru itu penting, banyak yang senang dengan acara tersebut, tapi bagi guru lama, banyak sekali yang merasa bosan. Katanya materinya sama, dan tidak diterapkan dalam keseharian. Bawahan yang selalu dituntut, tapi ketika ada masalah yang terkait urusan manajerial, jawabannya, selalu meminta bawahan untuk sabar.
 
"Bagaimana kabar, Pak Firman?"
 
"Alhamdulillah, baik."
 
"Anak sampeyan, ada yang dikeluarkan ya?"
 
"Tidak jadi katanya."
 
"Kenapa?"
 
"Yaa... begitulah," jawabnya sambil tertawa. "Padahal saya sudah bilang positif dikeluarkan ke orang tuanya. Teman-temannya juga sudah tahu."
 
"Hahahahaa.... Gimana terus?"
 
"Buang muka."
 
bersambung

Suasana di Sekolah Baru

"Anak-anak kok banyak di luar?" tanya Pak Budi yang baru sehari mengajar di sekolah ini. 
 
"Udah biasa, Pak," jelas Bu Siti. 
 
Pak Budi kaget. Ia mencoba mendekati anak-anak yang di luar dan menyuruhnya masuk. Anak-anak itu cuek. "Panas, Pak," kata salah seorang dari mereka. "Enakan di luar." Sebagian malah ke kamar mandi. Karena terlalu banyak yang di luar, Pak Budi kebingungan. Akhirnya ia ke kantor. Guru-guru juga pada santai di kantor, ada yang asyik main game. Ia segera ke kelas untuk mengajar. Lebih dari separuh siswanya tidak di kelas. 
 
Ada laporan dari tetangga datang ke sekolah, katanya ada siswa yang balapan di jalan sempit di kampung. Waka kesiswaan dan BK pun ke kampung. Tetapi, mereka sendiri juga bingung. Mau menghukum, siswa lebih berkuasa karena mereka merasa menggaji guru. Mau kasar sama mereka, bisa kena marah pengurus yayasan. Kalau murid banyak yang berhenti, pemasukan akan berkurang. Untungnya anak-anak dekat dengan guru BK, "Ini terakhir ya," kata guru BK. Mereka pun mau berhenti setelah nambah satu ronde. 
 
Pengurus yayasan meminta para guru untuk kreatif dalam mendidik siswa. "Anak-anak itu perlu dididik disiplin," kata beliau. Semua guru saling berbisik. Mereka merasa tidak punya power. Anak-anak dimanja. Mereka tidak boleh dihukum, juga tidak boleh diberi nilai rendah, juga harus naik kelas. Mereka harus merasa nyaman di sekolah, harus senang, tidak boleh terlalu dibebani. 
 
"Siswa itu kan butuh pengalaman," kata Pak Arman. "Kalau tidak pernah pusing, tidak pernah lelah, kapan punya pengalaman?!" 
 
Semakin lama Pak Budi tidak betah. Ia bingung, tidak mengerti harus bagaimana mendidik anak-anak. Ia mencoba mendaftar jadi calon TKI. Udah putus asa mencari gaji yang layak di dunia pendidikan sulit. 
Cerita pendek ini tentang manajemen sekolah baru. Cerita dalan cerita pendek ini diangkat dari kisah nyata, ini tentang leadership di sekolah, juga tentang manajemen sekolah. Ada beberapa sekolah baru yang kondisinya seperti dalam cerita pendek ini, baik itu tentang pimpinannya, tentang guru-gurunya, tentang fasilitas sekolahnya, dll. Ada pesan moral yang bisa diambil dari cerita pendek ini, yakni tentang leadership, seharusnya seorang pemimpin lebih perhtian pada sekolah, aar paham keadaan sebenarnya. 

Pagi ini Pak Firman tidak mamsuk, katanya lagi sakit. Pelajaran Matematika di kelas IX digantikan oleh Bu Fitria, guru Bahasa Indonesia. Zuhdi yang biasa duduk di pojok belakang langsung maju ke bangku paling depan. "Sih, ngapain duduk di depan nih...!!" kata Sulis, yang lain ikut nyindir dia. Tetapi, Zuhdi pede aja, ia tidak peduli. Sejak Bu Fitria bergabung menjadi guru di SMP Lima Serambi ini, Zuhdi suka sama beliau. Begitulah anak desa, banyak yang dewasa dini. Anak SD pun sudah mikir nikah.

"Ada tugas, Bu?" tanya Zuhdi.

"Ini tugasnya."

"Saya tuliskan, Bu?" Zuhdi menawarkan diri.

"Sih, gaya...!!" sindir Sulis disambut tawa yang lain.

Bu Fitria memberikan buku tugas tersebut ke Zuhdi agar ditulis di papan. Zuhdi pun menuliskannya di papan. Bu Fitria duduk di kursi guru mengawasi semua siswa. Sesekali Zuhdi melihat wajah Bu Sulis. Beberapa siswi memperhatikan mata Zuhdi. Zuhdi suka sekali sama Bu Fitria. Ia sering membicarakan tentang beliau dengan teman-temannya.

"Ketua kelasnya siapa?" tanya Bu Fitria.

"Tidak masuk, Bu," kata Sulis.

"Kenapa? Sakit?"

Anak-anak tertawa. "Lagi panen, Bu."

Bu Fitria tidak terlalu kaget. Ia sudah mendengar cerita dari beberapa guru bahwa banyak siswa yang ikut bekerja dan berbisnis bersama orang tua atau saudaranya. Jadi, maklum saja saat mereka sibuk kerja, tidak akan mamsuk sekolah. Bu Fitria kadang merasa iri, katanya ada siswa yang sudah mampu beli motor sendiri. Padahal masih SMP. Bu Fitria sendiri, buat beli bensin saja kadang minta orang tua karena gaji sangat minim, sering minus.

Anak-anak desa jua kurang semangat belajar. Mereka tidak mempan ditakuti akan sulit cari kerja jika tidak punya ijazah. Mereka sudah banyak yangn tahu gaji guru kecil. Tentu saja, memaksa mereka sekolah agak sulit. Beberapa kali Bu Fitria jalan-jalan ke kampung, banyak yang punya mobil. Memang, seekor sapi saja sudah bisa beli mobil. Sedangkan gaji guru setahun, paling cuma bisa beli HP android, itu pun kalau tidak makan dan tidak beli bensin.

Suatu hari saat rapotan ada kakak seorang murid kelas V yang mendekati Bu Fitria. "Rizki, jodoh dan kematian kan rahasia Allah, Bu," katanya. Bu Fitria kaget. "Siapa tahu kita jodoh. Ini nomor hp saya," katanya. Tadi Bu Fitria sudah mengumumkan nomor hp-nya dan jujur saat ada ibu-ibu yang tanya status beliau. Rupanya pria itu cukup lihai memikat wanita. Bu Fitria menerima lamarannya dan menikah dengannya. Zuhdi kecewa.

Cerita pendek ini bercerita tentang kehidiupan di sekolah desa. Dalam cerita pendek ini diceritakan tentang bagaimana anak-anak desa belajar di sekolah, juga bagaimana guru-gurunya. Cerita pendek ini mengungkap fakta tentang kondisi pendidikan di beberapa sekolah yang berada di daerah pedesaan. Selain itu, dalam cerita pendek ini juga ada pelajaran tentang makna belajar di sekolah, bahwa tujuan sekolah bukan mencari pekerjaan karena kalau hanya butuh uang, tidak sekolah pun bisa lebih kaya.

Baca juga: Cerita Siswa-siswaku yang Nakal

Andi tidak begitu semangat untuk melanjutkan sekolah ke SMP. Dia lebih suka bekerja seperti teman-temannya yang lain. Lumayan, kuli bangunan gajinya sekitar Rp 110.000,- per hari. Tetapi, karena yang menyuruh adalah ibunya, Andi manut, takut kwalat kalau melawan. Ia tidak tahu tujuan sekolah itu untuk apa.

"Sebaik-baik kalian adalah yang bermanfaat bagi muslim lainnya," kata Pak Tomo mengawali pelajaran. "Science adalah ilmu yang mempelajari tentang apa yang ada di alam ini, tentang alam, tentang sosial, tentang teknologi, tentang bahasa, dan semacamnya. Dengan banyak ilmu, kita akan menjadi semakin bermanfaat. Itu yang dilakukan sahabat Nabi terdahulu, banyak memberi solusi terhadap permasalahan hidup."

Pak Tomo guru Bahasa Indonesia, beliau sering memotivasi anak-anak dengan kisah-kisah Nabi, kisah sahabat nabi dan ulama karena semua siswa di sekolah ini adalah muslim. Beliau memotivasi anak-anak agar gemar membaca. Semua siswa senang pada beliau. "Sebagai muslim, jagalah wudhu kalian. Bilal bin Rabah didengar suara sandalnya di surga oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ternyata Bilal menjaga wudhu dan sholat dua rakaat setelah wudhu." Andi senang, ia merasa mendapat banyak ilmu baru dari beliau.

Pak Tomo juga membina beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Andi pun ikut ekskul jurnalistik dan ekskul Bahasa Arab. Banyak siswa yang termotivasi oleh cerita-cerita Pak Tomo, termasuk Andi. Masa depan menjadi semakin cerah baginya. Hidupnya menjadi lebih terarah sekarang. Di akhir semester ia ikut lomba pidato Bahasa Arab dan juara satu tingkat kabupaten. Betapa bahagianya dia. Tidak ia sangka dirinya bisa jadi juara.

Cerita pendek ini tentang seorang guru inspiratif di suatu sekolah. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini, yakni tentang bagaimana seorang guru ketika di sekolah, juga tentang bagaimana seharusnya seorang pelajar dalam belajar. Dalam cerita pendek ini juga terdapt pesan tentang pentingnya kepribadian guru yang baik yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan di sekolah. Siswa butuh teladan, butuh inspirasi.

"Beni ke depan," kata Bu Ani. Beni tidak menghiraukan. "Beni...!! Ke depan...!!" Semua siswa kaget. Mereka semua memandang Beni. Bu Ani bergegas mendekati Beni dan menamparnya. "Kurang ajar, Kamu...!! Keluar...!!"

Beni tahu, melawan guru akan berhadapan dengan Pak Parno, guru yang mengajar ekstra kurikuler silat. Tidak ada siswa yang berani sama beliau. Beni keluar. Bu Ani memang terkenal pemarah di sekolah ini. Tidak ada siswa yang berani membantahnya. Beni merasa kesal. Dirinya juga pemarah, sebenarnya, sejak dia sudah terbiasa dengan marahan orang tua. Apalagi orang tuanya broken home, jadi ia agak terlantar.

Teman-teman Beni sudah mengira Beni akan menghajar beliau. Semua siswa tahu Beni sudah pernah terlibat tindak kriminal. Di sekolah ini, hanya Pak Parno yang ditakuti Beni. Teman-temannya di luar sana juga tidak ada yang berani sama Pak Parno. Tetapi, rupanya Beni dendam sekali sama Bu Ani. Sepulang sekolah ia ke rumah Ki Guntur meminta ilmu pelet yang ampuh. Ia tunjukkan foto Bu Ani pada beliau.

Bu Ani sudah lama menjanda. Banyak siswa yang bilang, ia galak sejak menjanda. Usianya sudah 52 tahun. Beni tidak peduli ia sudah tua. Ia dendam dan ingin mempermainkannya. Ki Guntur memberi Beni pasir. "Jika dia menginjak pasir ini, ia akan jatuh cinta sama kamu," kata beliau. "Tapi wajib dinikahi. Kalau tidak, kamu akan kena akibatnya." Beni bingung. Masak baru kelas XI sudah mau menikahi wanita janda tua?

Di sekolah ia malah bingung. Ia dendam sekali sama Bu Ani, tapi kalau ia menggunakan pelet itu, ia wajib menikahinya. Tetapi, ia lagi galau. Di rumah banyak masalah, di sekolah, malah ketemu guru pemarah. Ia pun nekad menabur pasir itu di samping ruang guru. Ruang guru berada di sebelah kanan jalan mamsuk, sedangkan ruang kelas berada di sebelah kiri jalan masuk. Di jalan masuk itulah Beni menabur pasir tersebut.

Sepulang sekolah Beni dipanggil Bu Ani ke kantor BK. Guru BK sudah pulang. Beni dengan wajah tak ramah datang saja menemui beliau. Rupanya peletnya ampuh dan Bu Ani seperti tidak sadar. Ia menyerahkan dirinya pada Beni. Beni teringat pesan Ki Guntur. Jika tidak dinikahi, tahu sendiri akibatnya. Sekarang sudah terlanjur ia lakukan. Bu Ani seperti tergila-gila sekali pada dirinya. Bu Ani memberi nomor hanfonnya pada Beni.

Sorenya Beni ke rumah Bang Santo. Ia curhat pada beliau. Bang Santo tertawa terbahak-bahak, "Bodoh... bodoh... bodah bodoh," katanya. "Lu kawinin aja tu nenek," kata beliau. "Nikmatin tu perut buncitnya... hahahahaa....!!" Beni diam saja. "OK, gini aja. Lu harus patuhi Ki Guntur. Beliau sudah membantumu. Kamu nikahi dia secara diam-diam. Lu bisa tidur di toko gua, di belakang itu ada kamar. Jangan sampai ada orang tau, biar lu tidak viral." Beni mengangguk. "Guru itu sama kayak orang tua, Ben. Kita ini memang jahat, tapi kalau sama guru dan orang tua, hati-hati, Man. Sekalipun mereka jahat. Gua kalo ketemu guru SD, cium tangan. Lu... mau remas-remas bodinya yang seksi... hahahahaaa..."

Beni menikah dengan Bu Ani. Keduanya bercinta di siang hari di kamar di toko Bang Santo.

Cerita pendek ini tentang seorang siswa yang menjadi korban broken home dan dijudge nakal di sekolah oleh sebagian guru dan teman. Dalam cerita pendek ini juga diceritakan tentang seorang guru perempuan yang cukup ditakuti oleh siswa di sekolah ini. Dalam cerita pendek ini, ada pelajaran tentang bagaimana seharusnya bersikap baik di rumah maupun di sekolah. Setiap perbuatan itu ada konsekuensinya. Dalam cerita pendek ini dikisahkan baik tentang Bu Ani maupun Beni, keduanya bertemu di satu sekolah, dan terjebak dalam suatu kesalahan yang mungkin akan mereka sesali nanti, terutama di Beni. Dalam cerita pendek ini dikisahkan tentang Bu Ani yang galak pada anak-anak di sekolah, mungkin biatnya baik, tapi jika berlebihan juga tidak baik.

"Positif thinking itu perlu dalam organisasi," kata Pak kepala sekolah.

"Kalau bawahan harus positif thinking," kata Pak Fandi berbisik pada Pak Rahmat.

Belum ada Komentar untuk "Cerita Kehidupan di Sekolah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel