Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Kardito, Orang Miskin Menjadi Pengusaha Sukses

______________
______________

cara menjadi petani sukses, karangan tentang petani, penghasilan petani pinang, petani alpukat sukses, kisah petani sukses dari nol, Kisah sukses Wirausahawan

Cerita ini merupakan cerpen orang miskin menjadi pengusaha sukses. Cerpen kisah sukses wirausahawan ini karangan tentang petani menceritakan seorang kuli miskin bernama Kardito yang kemudian menjadi pengusaha sukses. Kardito lahir dan tumbuh dewasa di desa Karang Sengun, Bondowoso, Jawa Timur. Simak cerita Karditio, orang miskin menjadi pengusaha sukses.

Kisah Sukses Wirausahawan Petani Sayur

“Kamu bawa air, Mbak Yu?”

“Iya, sebotol.”

“Di sana kan ada mata air, ngapain bawa air minum?”

“Saya tidak biasa minum air mentah.”

Ibu-ibu sibuk bersiap berangkat ke sawah. Mereka menjadi kuli merawat tanaman di sawah. Kardito mulai bosan hidup menjadi kuli. Kadang dia membanding-bandingkan pendapatannya sebagai kuli dengan Sukir pedagang sayur, kadang dengan Dulla kuli bangunan. Sayangnya Kardito tidak punya pengalaman di dua bidang tersebut. Andai punya motor, dia ingin jadi tukang ojek, tapi kapan dia bisa beli motor? Andai bisa nyopir mobil, enak juga jadi sopir. Tetapi, siapa yang mengajarinya nyetir mobil?

“Kamu tidak ingin kawin, To?” tanya Pak Buni.

Keduanya sedang menyemprot tanaman kacang panjang milik Pak Haji Umar Salim, seorang petani sayur sukses.

“Ingin sih, Pak.”

“Lah, itu si Putri.”

“Wah, sawahnya lebar. Mana mau sama saya?”

“Coba dulu, kalau ditolak, ya sudah.”

“Dari pada sakit hati, mending cari yang setara.”

“Buk Subira, setara sama kamu.”

Kardito tertawa. “Masak sama janda tua?”

“Tidak apa-apa, yang penting kan setara.”

Kardito tidak bisa tidur. Malam sudah sunyi. Sudah tidak ada suara orang di luar. Biasanya, kalau sudah tidak terdengar suara musik dari rumah Pak Haji Sidiq, warga desa sudah tidur semua. Kardito masih berpikir keras mencari ide agar kondisi ekonominya meningkat. Bosan jadi kuli. Ia ingin sekali bisa sukses seperti Pak Haji Umar Salim yang sukses bertani sayur. Kisah sukses wirausahawan ini, sebagai petani sayur cukup menarik untuk ditiru, tapi Kardito merasa kesulitan.

Baca juga: Kisah Sukses Seorang Konsultan

Kisah Petani Sukses Dari Nol

Sukadi, teman sekolah Karditoi waktu SD dulu, sekarang sudah sukses. Dulu dia hanya kuli, tapi rupanya dia cukup lincah. Bertaun-tahun menjadi kuli tani membuat dia paham tentang seluk-beluk pertanian. Di usianya yang masih muda dia nekad mengajak tetangganya yang punya sawah untuk paruan hasil. Luar biasa, dia untung besar. Berkat keahliannya, ia dilamar orang kaya yang punya sawah luas. Jarang-jarang ada orang tua gadis melamar lelaki.

Fery juga teman kecil Kardito. Dulu suka mencari buah alpukat yang jatuh. Masih ingat dia takut sekali sama ulat bulu. Rupanya Fery menanam biji alpukat yang dimakannya di pekarangannya. Sekarang dia sudah menjadi petani alpukat sukses. Ada juga teman Kardito yang sukses menjadi petani pinang, penghasilan petani pinang cukup luar biasa. Kardito masih berjuang untuk sukses seperti mereka. Hampir setiap malam ia mencari cara menjadi petani sukses.

Mencintai Seorang Janda dan Menikahinya

Saran Pak Buni benar juga, boleh dicoba dulu melamar Si Putri. Tetapi, itu terlalu berat. Risikonya, Kardito bisa menjadi bahan bulian orang sekampung karena tidak bercermin diri. Buk Subira sudah agak tua, tapi belum terlalu. Dia terkenal bunga desa dulu. Sudah dua kali bersuami, gagal terus.

Buk Subira menikah di usia 16 tahun dengan pemuda asal desa Wonosroyo, tapi tidak punya anak. Keduanya bercerai waktu Buk Subira berusia 21 tahun. Pada usia 22 tahun ia menikah lagi dengan tetangga dekatnya, katanya pecinta beratnya dulu yang sudah menduda. Keduanya dikaruniai dua anak laki-laki. Rupanya hubungan keduanya tidak abadi, sang suami gemar main judi, Buk Subira tidak tahan dan menyuruhnya pergi dari rumahnya. Sang suami marah dan mengancam akan membunuh Buk Subira. Tetapi, dia mendadak jatuh sakit dengan perut membengkak. Kata orang disantet almarhum kakek Buk Subira. Akhirnya dia pun meninggal dengan kondisi mengenaskan saat Buk Subira berusia 33 tahun.

Hingga saat ini Buk Subira tidak mau bersuami lagi. Katanya capek juga dua kali menikah, gagal terus. Kardito sudah berusia 25 tahun sekarang. Selisih sembilan tahun dengan Buk Subira. Buk Subirah sudah tidak terlihat cantik lagi sekarang karena sudah ikut kerja ke sawah jadi kuli sejak pisah sama suaminya. Sebenarnya ia punya sawah, tapi hanya dua petak. Hasilnyatidak cukup but biaya hidup. Tetapi, kalau dibanding ibuk-ibuk kuli lainnya, menurut Kardito, ia paling cantik.

Kardiot coba musyawarah sama ibunya. Ayahnya sudah tidak ada. Saudara satu-satunya yang kerja di Malaysia juga sudah lama tidak ada kabar, tidak pernah kirim uang jua. “Asal kamu suka, tidak apa-apa,” kata ibunya. Kardito pun minta tolong sam Pak Buni untuk melamarkan Buk Subira. Kardito memang akrab dengan Pak Buni karena sering kerja bareng.

“Mau kmu sama saya? Saya sudah tua begini,” kata Buk Subira.

Di mata Kardito, dia masih terlihat cantik. Belum pernah Kardito sedekat ini dengannya. Selama ini hanya melihat dari kejauhan. Rasanya, mustahil dia bisa duduk berdampingan dengan perempuan secantik Bu Subira. Detak jantung Kardito pun semakin kencang. “Iya,” jawabnya singkat.

“Sudah dipikirkan matang-matang?”

“Iya.”

“Serius?”

“Iya.”

Kardito tidak bisa berkata-kata, rasanya sudah tidak sabar merasakan menjadi suami wanita cantik. “Iya, tidak apa-apa. Saya tahu kamu orang baik,” kata Bu Subira. Lega rasanya dada Kardito. Nafas panjangnya terlepas.

“Kapan terus pernikahannya?” tanya Pak Buni. Buk Subira menoleh bapak dan ibunya. “Secepatnya saja.”

Bapaknya Bu Subira melihat tanggal dan menghitung-hitung wewaton. “Malam minggu besok bagus,” katanya.

Kardito kaget. Berarti tinggal semalam lagi dia akan menjadi pengantin dengan wanita cantik. Pikiran Kardito tidak menentu. Tidak sabar ia menunggu waktu tiba. Rasanya ia tidak mau membaringkan badannya semalam suntuk. Ia coba mengalihkan pikirannya, tapi tidak bisa. Akhirnya malam yang ditunggu pun tiba. Tidak perlu ada pesta di rumah pengantin wanita karena sudah janda, hanya sekedar doa bersam. Orang tua Kardito berencana mengadakan acara slametan bulan depan.

Malam pengantin terasa begitu indah bagi Kardito. Wanita yang dulu dipuja-puja orang sekampung kini sudah berada di hadapannya. Beruda bersama dirinya di kamar pengantin. Ia mendekati Buk Subira, ia tersenyum.  “Dito,” kata Bu Subiro. Kardito tidak bisa berkta-kata, hanya memandangi Buk Subira.

Bisnis Kue Rumahan yang Menguntungkan

Sudah seminggu menjadi pengantin baru, Kardito masih merasa seperti mimpi tidur seranjang dengan wanita cantik. Bahagia sekali dia. Sang istri tentu senang sekali dapat suami muda, baik juga. “Aku goreng kerupuk, Mas,” kata sang istri suatu hari. Kardito senang sekali. Rupanya sang istri juga hobi bikin kue. Dia suka bikin macam-macam kue. “Banyak tetangga yan suka kue bikinan saya.” Kardito mendapat ilham, jika kue bikinan sang istri dijual, kan lumayan, buka usaha kerupuk rumahan.

Kardito agak segan untuk menyarankan istrinya jualan kue, sebab takut memberatkannya. Tetapi, daripada kerja di sawah, panas, pikirnya itu lebih baik. Kardito pun mencoba musyawarah denga sang istri, “Saya yang jualan,” katanya. Rupanya sang istri setuju. Sebagai wanit ayang hobi masak, tentu dia cukup paham cara memulai usaha kue.

Tak disangka, kue buatan sang istri laris hingga keduanya kaya berkat bisnis kue buatannya.

Belum ada Komentar untuk "Kardito, Orang Miskin Menjadi Pengusaha Sukses"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel