Featured post

Menikahi Janda Kaya Untuk Biaya Kuliah

BAB 1: Makan Malam Masakan Ibu Kost Ada orang ketuk pintu. Rian membuka kamar kostnya. Rupanya ibu kostnya, Bu Rahma. "Ibuk masak agak ...

Orang Tua Komplain Anaknya Didisiplinkan

______________
______________

cerpen tentang pendidikan, cerpen pendidikan singkat, cerpen tentang lingkungan sekolah,
Cerita ini hanyalah fiksi tentang kehidupan di sekolah di zaman modern dimana hubunan guru dan wali murid seperti lawan siap tanding. Cerita ini saya angkat dari kisah nyata.

Cerita Wali Murid Mau Lapor Polisi

"Iya, maaf, Pak. Kemarin itu si Randy dikeluarkan dari kelas oleh guru Matematika karena bersikap tidak sopan di kelas. Bahkan dia berani bilang, 'Saya yang bayar guru, kok dikeluarkan?!'" Para guru di ruang guru menyimak pembicaraan Pak Salim dengan salah seorang wali murid di telefonnya. "Dia juga sering bolos, Pak, sering terlambat juga."

Para guru saling berbisik. Pak Salim beberapa kali memberi isyarat dengan menempelkan jari telunjuk ke bibirnya agar para guru tidak terlalu keras bersuara biar tidak didengar ayahnya Randy.

Selesai menerima telefon, Pak Salim langsung diserang dengan berbagai pertanyaan oleh para guru, "Ayahnya si Randy yang telefon. Dia tidak terima anaknya dijemur," jelas beliau. "Parahnya lagi dia ingin teman Randy yang membuli dia dibawa ke polisi."

"Waduh....!! Kok dikit-dikit polisi?" sahut Pak Sarman, guru Seni Budaya. "Memangnya sudah jelas si Randy jadi korban? Jangan-jangan dia yang mulai duluan?"

"Justru itu, biar jelas, orang tuanya ingin diselesaikan di kepolisian."

"Kasihan si Randy tidak punya kesempatan untuk belajar bersosial. Kesenggol sedikit polisi, dikit-dikit polisi. Hidup sama malaikat saja kalau begitu," para guru yang lain tertawa.

"Benar, Pak. Anak jaman sekarang sudah kehilangan kesempatan untuk merasakan kebersamaan," sahut Pak Ridho, guru Sosiologi. "tidak punya kesempatan untuk belajar sabar, belajar memaafkan. Setiap urusan, maunya cukup diselesaikan dengan uang, bayar polisi, urusan beres."

Baca juga: kumpulan cerpen pendidikan

***

Hormat Guru dalam Islam

"Pokoknya saya ingin ini diselesaikan di kepolisian, biar jelas," kata ayah Randy di ruang tamu sekolah, di hadapan waka kesiswaan, BK, dan Wali kelas. Panjang lebar beliau menelaskan tentang hukum. Tentu saja yang mendengar tidak begitu hafal pasal-pasal yang beliau sebutkan. Semua diam saja. "Juga masalah anak saya yang dikeluarkan dari kelas, bukankah saya sudah bayar ke sekolah, seharusnya guru berusaha membuat anak saya merasa senang di kelas, bukan malah dijemur?!"

Pak waka kesiswaan berusaha sebisa mungkin memilih kata-kata untuk melunakkan hati ayah Randy. Sedangkan ibunya Randy yang ikut hadir hanya diam saja, tidak ikut berbicara. Hingga akhirnya Pak Salim sebagai wali kelas mengambil alih pembicaraan, menyela dialog Pak waka kesiswaan dengan ayah Randy.

"Maaf, Pak, saya sela." ayah Randy menghadap ke Pak Salim. "Randy adalah titipan Allah kepada kita untuk kita didik." Ayah Randy tampak menghela nafas. Mungkin karena Pak Salim membawa-bawa nama Tuhan. "Maaf, saya tidak sepakat jika anak boleh tidak hormat guru karena bayar." Ayah Randy hendak memotong kalimat Pak Salim, tapi tidak jadi. "Jika seperti itu, saya khawatir ketika anak ini sudah jadi orang sukses dan menanggung hidup orang tuanya yang sudah tua renta, lalu dia tidak mau hormat lagi pada orang tuanya dengan alasan karena dia yang memberi uang pada orang tua."

"Benar, Pak," sahut Pak Ridwan, guru BK. "Kita harus meluruskan mindset anak."

Ibu Randy menghela nafas dalam. Sepertinya beliau sepakat dengan Pak Salim.

"Hormat orang tua dan guru itu kewajiban dari Allah, Yang Menciptakan kita semua."

"Randy dijemur agar dia paham bahwa setiap tindakan dalam hidup ini ada dua macam konsekwensi: konsekwensi baik dan buruk," tambah Pak Ridwan. "Tentu kita tidak mau punya anak yang ketika sudah dewasa, untuk berangkat kerja saja harus diingatkan. Na'udubillah, kita tidak ingin itu terjadi pada anak kita. Kita ingin anak kita disiplin. Saat inilah latihannya. Kita ingin, cukup dengan suara bel mereka sudah paham apa yang harus dilakukan."

"Teman-teman Randy manusia biasa," tambah Pak Salim. "mungkin sekali berbuat salah. Pun juga dengan Randy. Jika setiap kesalahan harus dibawa ke polisi, saya khawatir tidak ada lagi yang mau berteman dengan Randy."

"Ya, kita lanjutkan nanti saja," kata ayah Randy. "Kami masih ada acara." Lalu mereka pamit.

baca juga: tertipu label sekolah sunnah

Kepala sekolah sudah melarang guru melakukan kekerasan pada anak didik. Bagi guru yang melanggar ada konsekwensi yang diberikan. Tetapi, ketika ada guru yang melanggar aturan ini, kepalal sekolah cukup tegas tidak mengizinkan orang lain di luar sekolah mengetahuinya. Bahkan jika ada orang tua komplain, beliau membela guru. "Lebih baik anda pindahkan saja anak anda," begitu kata beliau saat ada orang tua yang marah sama guru yang menampar anaknya tiga bulan lalu.

Menurut beliau, urusan sekolah merupakan urusan privasi lembaga. Tak perlu orang lain tahu tentang detail-detail masalah internal. Dirinya sebagai pimpinan sudah membangun sistem agar semua guru bekerja profesional sesuai jobdesk masing-masing. Hal ini sudah beberapa kali disampaikan oleh beliau saat pertemuan dengan semua wali murid. Beliau selalu menyampaikan pada wali murid dan guru agar membantu anak hormat guru dan orang tua, salah satu caranya dengan tidak membicarakan keburukan guru atau orang tua di depan siswa. Jika siswa tahu keburukan guru dan orang tuanya dan selalu mengingatnya, bagaimana bisa melaksanakan kewajiban menghormati guru dan orang tua?
Berikut nasehat Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjdudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 431) sebagai berikut:
   آداب المتعلم مع العالم: يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له : قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله. 
Artinya, “Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.” (Sumber: islam.nu.or.id)
Itulah nasehat yang diajarkan salah seorang ulama terkemuka tentang baaimana seharusnya seorang murid menghormati guru. Manusia beradab itu lebih mulia dibanding orang berilmu yang tak tahu adab, apalagi jahat. Sekolah sebagai tempat pendidikan, tentu tarjet pendidikannya bukan hanya membuat siswa kaya pengetahuan, tapi juga beradab, berkarakter mulia.

Belum ada Komentar untuk "Orang Tua Komplain Anaknya Didisiplinkan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel