Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Gara-gara Bayam

______________
______________

Gara-gara Bayam, cerpen singkat, cerpen sosial, cerpen Indonesia

Tap!!!
Tap!!!
Tap!!!

Suara tangan Markonah memukul-mukul kursi kayu. Begitulah reaksinya kala ia melihat bayam, kadang disertai teriakan dan umpatan. Pak Andi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya, sudah sering ia memperingatkan, tapi Markonah tak mengindahkan.

"Wes, toh, Buk! Apa ndak capek teriak-teriak terus? Ndak enak kalo sampe didengar Kang Udin," nasihatnya waktu itu dengan penuh hati-hati agar tak menyinggung perasaan istrinya.

"Oh ... jadi Bapak lebih mentingin perasaan orang dari pada kebersihan rumah sendiri? Jadi Ibuk bersih-bersih ndak guna? Ibuk harus pura-pura buta, begitu maunya Bapak?" Markonah marah, tak terima nasihat sang suami yang dianggap tak menghargai jerih payahnya merawat rumah mereka.

Dimarahi sang istri bagi Pak Andi sudah biasa. Namun, ia tak menyangka istrinya akan bersikap berlebihan hanya gara-gara melihat bayam berada di teras rumahnya. Ia merasa tak enak hati jika Kang Udin sampai mendengar teriakkan dan umpatan Markonah. Terlebih, Kang Udin adalah tetangga dekat sekaligus suami dari kakak perempuannya.

Sebagai ipar, Pak Andi tentu ingin hubungannya tetap baik dengan Kang Udin. Namun, ia bingung harus berbuat apa agar Markonah bersikap sewajarnya, dan Kang Udin memahami keresahan Markonah.

Semakin hari piaraan Kang Udin semakin meresahkan. Tak hanya Markonah, kini Pak Andi pun ikut resah kala melihat bayam sering nangkring di teras rumahnya.

"Aku harus menemui Kang Udin, ini sudah keterlaluan, ndak bisa dibiarkan," gumam Pak Andi seraya bergegas menuju rumah iparnya itu.

"Assalamualaikum," ucap Pak Andi saat berada tepat di depan rumah Kang Udin.

"Waalaikumsalam," jawab Yani, kakak perempuan Pak Andi.

"Kang Udin ada, Mbak?"

"Ada. Ayo duduk dulu, An. Tak panggilkan."

Dua menit kemudian, Kang Udin muncul dan menyapa adik iparnya penuh kasih, seolah tak tahu menahu tentang keresahan Pak Andi akibat ulah piaraannya.

"Begini, Kang. Ayam Kang Udin kan banyak." Pak Andi mulai mengungkap keresahannya.

"Terus?"

"Kok ndak dikurung, Kang? Terus terang saya keberatan setiap hari ayam Kang Udin ngotorin rumah saya. Kasihan istri saya kerepotan harus membersihkan teras berulang-ulang. Kadang kalo kami lupa nutup pintu, tidak hanya teras yang dikenai kotoran ayam, tapi kursi-kursi saya ikut kecipratan." Panjang lengan Pak Andi menjelaskan, berharap Kang Udin mau mengerti dan mengurung ayam-ayamnya.

"Yo kan bisa diusir, An. Gitu aja kok dipermasalahkan," jawab Kang Udin sedikit ketus.

Mendengar jawaban Kang Udin tak sesuai harapan, Pak Andi terlihat kecewa. Yani -yang hendak menyuguhkan kopi untuk Pak Andi- akhirnya angkat bicara.

"Yo ndak bisa seena'e dewe ngono, Pak." (Ya nggak bisa seenaknya sendiri gitu, Pak)

Yani sangat mengerti keberatan Pak Andi, sebab kandang ayamnya memang berdekatan dengan rumah Pak Andi. Sudah pasti ayam-ayam itu sering nangkring ke tempat yang lebih dekat.

Pak Andi terlihat senang mendapat dukungan dari kakaknya. Ia tahu betul bahwa Kang Udin selalu mengiyakan kemauan istrinya.

"Lah, terus bapak musti gimana, buk? Ndak sehat ayam kita kalo dikurung," jawab Kang Udin dengan nada menurun.

"Wes, aku ndak mau tau. Pokoknya mulai sekarang  ayam-ayam kita harus dikurung. Enak aja bikin kotor rumah orang, kualat loh, Pak, bikin orang kerepotan. Bapak mau nanti kena tulah Andi sama Markonah? Amit-amit deh," tandas Yani seraya berlalu tanpa menunggu jawaban suaminya.

Pak Udin hanya bisa pasrah, tersenyum kecut dan menggaruk-garuk kepalanya. Gara-gara bayam ia terkena semburan panas mulut istrinya.

*

baca juga: Kumpulan cerita tukar istri

Sejak saat itu Markonah dan Pak Andi hidup tenang. Mereka lebih harmonis dari sebelumnya. Sebab Markonah selalu berperilaku manis kepada suaminya.

"Makasih, ya, Pak. Onah bangga bapak bersikap jentel mau mencari jalan keluar permasalahan kita," ucap Markonah dengan suara menggoda.

"Sama-sama, Buk. Maaf bapak hampir terlambat bertindak," jawab Pak Andi seraya memeluk istrinya.

Dan mereka pun semakin mesra meski usianya sudah sama-sama hampir setengah abad. Siapa sangka, kalau kemesraan itu terjadi penyebab awalnya adalah gara-gara BAYAM alias banyak ayam.

Belum ada Komentar untuk "Gara-gara Bayam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel