Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Hidangan Yang Tak Kunjung Habis

______________
______________

Kisahh Nyata: Hidangan Yang Tak Kunjung Habis

Kisah yang pertama dari padang pasir, di rumah wanita gurun yang biasa menjamu setiap musafir yang singgah untuk istirahat. Rasulullah saw. bersama Abu bakar, Amir Ibn Fuhairah, dan sang penunjuk jalan, Abdullah ibn al-Urayqath sedang melintasi guruntersebut. Mereka hendak ke Madinah usai bersembunyi di Gua Tsur. Terlihat oleh mereka dua buah kemah berdiri di sebuah sisi ruas jalan.

Ummu M'bad menyambut mereka dengan ramah meski tak kenal siapa dan dari mana mereka. Tetapi ketika rombongan hendak membeli kurma atau daging, ia bilang tidak ada. Pada tahun tersebut memang sedang masa paceklik. Semua orang kesulitan.

Baca juga: Hafalan al waqiah anak perempuan

Rasulullah saw. tiba-tiba melihat seekor kibas kurus kerempeng di samping kemah, "Kibas ini kenapa, Ummu Ma'bad?"

"Itu kibas kami yang ketinggalan dari kambing-kambing lain karena kelelahan. Tubuhnya lemah tak kuat berjalan."

"Ada susunya?"

Ummu Ma'bad terkejut, "Kalau dia beranak, mungkin tidak akan kelelahan begitu. Kibas itu mandul."

Ia mengira lawan bicaranya tak mendengar apa yang dikatakannya.

"Boleh kuperah kibas itu, Ummu Ma'bad?"

Ummu Ma'bad kaget dan hampir berkata-kata yang tidak patut, tapi mulutnya tertahan oleh wibawa Nabi. "Demi ayahku, engkau, dan ibuku, kalau memang kaulihat ada susunya, perahlah!"

Nabi lalu mengusap susunya, menyebut nama Allah, dan berdoa. Tiba-tiba kedua kaki kibas itu meregang, susunya mengencang penuh dan siap diperah.

Nabi meminta bejana. Diberinya beliau bejana besar. Kibas diperah, susunya mengucur tumpah. Bejana besar itu pun penuh hingga busanya membuncah-buncah. Nabi menyerahkan bejana penuh susu tersebut kepada Ummu ma'bad. Dia terheran-heran oleh apa yang dilihatnya. Diangkatnya bejana itu dan diminum susunya hingga ia puas. Belum pernah ia minum susu selezat itu. Kemudian bejana itu diserahkan kepada yang lainnya dan berakhir di tangan Nabi.

Nabi kembali memerah lagi hingga bejana tersebut penuh susu sebanyak yang tadi. Susu tersebut beliau tinggal sebagai hadiah untuk Ummu ma'bad. Lalu beliau bersama rombongan melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Ummu Ma'bad ternganga keheranan oleh yang terjadi. Ia tak tahu siapa tamu yang baru saja ia jamu.

Baca juga: Raja sriwijaya ingin belajar agama

Dari kisah ini, ada pelajaran berharga. Kita tak perlu khawatir dengan rizki Allah. Jika hendak mendirikan usaha, dirikanlah sebagai sumber dan jalan rizki. Seekor kibas kurus yang mandul pun bisa mengeluarkan susu sebanyak itu. Usaha dan doa jadikan senjata. Allah tidak menyia-nyiakan usaha hamba-Nya dan Allah mengabulkan doa hamba-Nya.

Cerita yang kedua terjadi di Rumah Jabir Ibn Abdullah al-Anshari.
Jabir Radhiyallahu anhu bercerita, “Ketika kami menggali parit pada peristiwa khandaq, sebongkah batu yang sangat keras menghalangi kami, lalu para sahabat menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya mengatakan, ‘Batu yang sangat keras ini menghalangi kami menggali parit,’ Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku sendiri yang akan turun.” Kemudian beliau berdiri (dalam parit), sementara perut beliau diganjal dengan batu (karena lapar). Tiga hari (terakhir) kami (para shahabat) belum merasakan makanan, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil kampak dan memukul batu tersebut hingga pecah berkeping-keping.

Lalu aku berkata, “Wahai Rasûlullâh, izinkanlah aku pulang ke rumah.” Rasulullah mengijinkan. Sesampaiku di rumah, aku bercerita kepada isteriku, “Aku tidak tega melihat kondisi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , apakah kamu memiliki sesuatu (makanan) ?”

Isteriku menjawab, “Aku memiliki gandum dan anak kambing.”

Kemudian ia meyembelih anak kambing tersebut dan membuat adonan gandum hingga menjadi makanan dalam tungku. Ketika adonan makanan tersebut hampir matang dalam bejana yang masih di atas tungku, aku menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku berkata, “Wahai Rasûlullâh, aku memiliki sedikit makanan. Datanglah ke rumahku dan ajaklah satu atau dua orang saja.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Untuk berapa orang ?”

Lalu aku beritahukan kepada beliau. Beliau bersabda, “lebih banyak yang datang lebih baik.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Katakan kepada isterimu, jangan ia angkat bejananya dan adonan roti dari tungku api sampai aku datang.”

Setelah itu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bangunlah kalian semua.” Kaum Muhâjirin dan Anshâr yang mendengar perintah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu langsung berdiri dan berangkat.
Jabir Radhiyallahu anhu menemui isterinya (dengan cemas), dia mengatakan, “Celaka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang bersama kaum Muhâjirîn dan Anshâr serta orang-orang yang bersama mereka.”

Isteri Jabir bertanya, “Apa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bertanya (tentang jumlah makanan kita) ?”

Jâbir menjawab, “Ya. ”

Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Masuklah dan jangan berdesak-desakan.” Kemudian Rasûlullâh mencuil-cuil roti dan ia tambahkan dengan daging, dan ia tutup bejana dan tungku api.

Selanjutnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan mendekatkannya kepada para sahabatnya. Lantas beliau mengambil kembali bejana itu dan terus-menerus beliau lakukan itu hingga semua sahabat merasa kenyang dan makanan masih tersisa. Setelah itu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kepada istri Jabir Radhiyallahu anhu), “Sekarang kamu makanlah ! Dan hadiahkanlah kepada orang lain, karena masih banyak orang yang kelaparan.”

HR. Bukhari, no.(Fathul Bâri, ta’liq Syekh bin Baz, Bâb Ghazwatil Khandaq, 7/395)
Di rumah ibu susuan, Halimah Sa'diyah, Keberadaan Rasulullah saw. membawa berkah bagi keluarga Haliamh Sa'diyah. Awalnya mereka hidup kekurangan, tapi sejak Rasulullah saw. diasuhnya mereka hidup serba berkecukupan: kambingnya gemuk-gemuk dan menghasilkan susu yang banyak. Air susu Halimah sendiri juga lebih banyak dari sebelumnya.

Suatu ketika pernah Halimah dan suaminya sedang merasakan lapar dan haus, sedangkan susu onta betina mereka tidak ada isinya. Suaminya berusaha bangkit dan mendekati ontanya. Ternyata air susu onta betinanyay penuh. Ia pun memerahnya dan diminum bersama hingga merek kenyang.


Referensi: 
Buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad, karya Dr. Nizar Abazhah
Reublika Online

Belum ada Komentar untuk "Hidangan Yang Tak Kunjung Habis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel