Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Kelompok Islam Yang Suka Bikin Ribut

______________
______________

Dulla baru saja membaca postingan di grup WA Majelis Al Anwar Sda yang diposting oleh salah seorang anggota. Seperti biasa, ia hobi sekali berdiskusi dengan sahabat dekatnya yang seperjuangan, Dullun, “Menarik juga penjelasan Profesor Nadirsyah ini,” katanya pada Dullun yang sedang menonton diskusi di Channel YouYube Al Jazeerah.

Dullun pun penasaran dan membaca postingan yang ditunjukkan Dulla di grup tersebut. “Tapi tidak boleh sembarang menuduh wahabi,” responnya. “Masak, setiap yang beda dituduh wahabi?”

"Loh, wahabi itu kan artinya pengikut syeikh Abdul Wahab.”

“Tapi mereka tidak mau disebut pengikut syeikh Abdul Wahab. Mereka itu ikut Madzhab Hanbali.”

“Kamu yang tidak paham. OK, dah, saya tidak mau menyebut wahabi. Ini tentang kelompok yang suka bikin heboh, kebanyakan dari mereka belajar di Negara Arab: Saudi Arabia atau Madinah dan pulang ke Indonesia dengan ilmu yang berbeda dengan yang sudah diamalkan di Indonesia.”

“Menurut saya itu wajar. Setiap orang tidak sama ilmunya.”

“Benar. Pertama, ada dua hal yang menjadi perhatian saya, yaitu, biasanya mereka baru pulang ke Indonesia dan lebih keras dari guru-guru mereka di Arab. Nah, menurut analisa saya, sepertinya ini adalah narsisme.”

“Maksudmu mereka narsis?”

“Bukan begitu. Mereka kan baru lulus, baru dapat gelar. Nah, tentu saja rasa ingin menunjukkan pada masyarakat tinggi. Mereka ingin pamer ilmu. Sehingga kebablasan. Hal-hal yang semestinya tak perlu dipersoalkan pun mereka ungkit-ungkit, ya, seolah-olah mereka mencari cara agar mereka mendapat panggung untuk pamer ilmu. Tujuan mereka pamer, tak peduli umat kacau balau.”

“Jangan suudzon. Mereka itu berdakwah menyampaikan ilmu Allah.”

“OK. Tapi, tidak harus bikin heboh kan? Seharusnya mereka pahami psikologi sosial.”

“Kalau berdakwah nunggu sempurna, tidak akan ada orang yang menyampaikan ilmu.”

“Masalahnya bukan itu, tapi bikin heboh umat itu berpotensi menimbulkan konflik. Semestinya umat ini beribadah bersama, malah jadi ribut. Seakan-akan pengetahuan yang mereka miliki itu adalah yang paling benar, padahal guru-guru besar mereka di Arab pun mengatakan bahwa yang mereka anggap paling benar itu pun juga diperdebatkan. Nah, aneh kan! Nampak sekali mereka ini seperti anak kecil: alergi sekali dengan perbedaan.”

“Tetapi kita tidak boleh menjelekkan atau menyalahkan mereka. Mereka saudara kita. Dakwah mereka lebih semangat dari kita. Lihatlah masjid mereka, ramai. Masjid kita, sepi.”

“Bukan saya menyalahkan mereka. Mereka yang suka menyalahkan kelompok lain. Mereka kurang dalam mengkaji sesuatu. Sehingga seringkali main sabotase, penghakiman yang membabibuta.”

“Itu hanya oknum. Kita semua bersaudara, sama-sama punya salah.”

“Iya, tapi oknumnya lebih dari Sembilan puluh persen.”

“Terserah kamu-lah.”

Berikut postingan yang mereka perdebatkan:
PROTES WAHABI INDONESIA SETIAP RAMADHAN TIBA
Oleh: Prof. Dr. KH. Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), Ph.D., Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Australia-New Zealand.
SETIAP Ramadhan tiba, ada dua hal yang diprotes Wahabi Indonesia:
Pertama, doa buka puasa yang populer di masyarakat:
“ Allahumma Laka Shumtu”
Kata mereka,
👉 itu hadisnya dha'if!!!
👉 dan oleh karenanya tidak boleh dibaca
👉 Yang sahih, menurut mereka, adalah doa “dzahaba al-dhama'….”

Kedua, ucapan saat hari raya idul fitri:
“Minal aidin wal faizin dan mohon maaf lahir batin”
Kata mereka, itu gak ada dasarnya.
👉 Yang benar itu adalah ucapan “taqabalallah minna wa minkum….”

Kawan-kawan #wahabi di tanah air ternyata berbeda pandangan dengan para syaikh #wahabi di Arab sana. Kesan saya, #wahabi Indonesia lebih keras dari aslinya di Arab. Terutama murid-murid wahabi di Arab yang baru pulang ke Indonesia bisa lebih #wahabi daripada guru-guru mereka sendiri. Tentu kita bertanya, ada apa mas bro?
Dalam berdoa di luar ibadah mahdhah itu memakai hadis dhaif dibenarkan, bahkan tidak ada hadisnya sekalipun kita berdoa apa saja itu juga boleh. Doa mau ujian doktor, doa mau naik gaji atau doa mengakhiri masa jomblo, boleh-boleh saja dengan redaksi apa pun selama itu doa untuk kebaikan. Jadi, kenapa kawan-kawan #wahabi mempersoalkan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan dan hanya membuat heboh masyarakat saja?
Masalahnya, hadis yang mereka anggap sahih di atas, yaitu “dzahaba al-zhama….” itu juga diperdebatkan statusnya. Sebagian ulama bilang ini hadis hasan, bukan sahih. Bahkan Syaikh Muqbil, tokoh #wahabi di Yaman, bilang hadis ini juga dha’if (al-Mustadrak, tahqiq Syaikh Muqbil Hadi al-Wadi, I/ 583). Nah lho! sama-sama dha’if ternyata kan? Syekh Ibn Utsaimin mengeluarkan fatwa:
والدعاء المأثور : ( اللهم لك صمت ، وعلى رزقك أفطرت ) ، ومنه أيضا قول النبي عليه الصلاة والسلام: (ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله). وهذان الحديثان وإن كان فيهما ضعف  لكن بعض أهل العلم حسنهما. وعلى كل حال فإذا دعوت بذلك أو بغيره عند الإفطار فإنه موضع إجابة
Intinya, kedua doa tersebut ada kelemahan riwayatnya meski sebagian pihak menganggapnya hasan. Namun demikian, berdoa dengan salah satu teks doa di atas atau doa lainnya saat berbuka puasa itu dibolehkan, karena waktu berbuka puasa itu waktu yang mustajab (Majmu' Fatwa Ibn Utsaimin, 341).
Adalah hal biasa dalam kajian ilmu hadis para ulama berbeda-beda dalam menentukan status sahih atau tidaknya sebuah hadis. Ini karena mereka berbeda dalam memberikan kriteria untuk memverifikasi hadis.
Jadi sebaiknya kawan-kawan #wahabi gak usah terlalu semangat menyalahkan orang lain yang memakai hadis dha'if dalam perkara fadhail a'mal, sebab siapa tahu yang mereka anggap dha'if malah dianggap sahih oleh ulama lainnya.
Bagaimana dengan ucapan saat hari idul fitri? Sekali Syaikh Ibn Utsaimin, salah satu tokoh #wahabi asli mengatakan boleh-boleh saja.
وسئل الشيخ ابن عثيمين: ما حكم التهنئة بالعيد؟ وهل لها صيغة معينة؟ فقال: الهنئة بالعيد جائزة، وليس لها تهنئة مخصوصة، بل ما اعتاده الناس فهو جائز ما لم يكن إثما.
Ketika beliau ditanya, apakah ada redaksi khusus? Beliau menjawab: Tidak ada. Apa yang menjadi kebiasaan masyarakat itu boleh diucapkan selama tidak mengandung dosa.
Problem terbesar #wahabi di Indonesia itu adalah tidak membedakan antara ibadah mahdhah dan ghair mahdhah, tidak memilah mana perkara agama dan mana kearifan lokal, tidak membedakan mana perkara akidah dan mana perkara muamalah. Pokoknya, kalau tidak ada riwayatnya, tolak! Kalau ada riwayatnya tapi mereka anggap dha'if, tolak juga! Cara dakwah yang main tolak membabi buta ini yang bikin heboh dan berpotensi membikin gesekan di masyarakat.
Sudah waktunya mereka berdakwah dengan "hikmah dan mauidhah hasanah" ketimbang hanya mengandalkan "tolak bid'ah".
Semoga postingan ini bisa membuat suasana buka bersama kembali menjadi adem dan guyub serta suasana idul fitri tetap ceria dan penuh persaudaraan, ketimbang dipakai menyalahkan satu sama lain gara-gara postingan broadcast dari para tokoh #wahabi di Indonesia yang lebih keras ketimbang para syaikh mereka di Arab sana.
Berlemahlembutlah...👍🙏😊
والله أعلم بالصواب

Belum ada Komentar untuk "Kelompok Islam Yang Suka Bikin Ribut"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel