Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Ormas Lain: Beragam Komentar
Selasa, 09 Mei 2017
Tambah Komentar
______________
______________

Ada yang bilang pemerintah negeri ini lucu, katanya, berkawan dengan kawannya musuh. Entahlah...
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan. Ormas ini sendirian memperjuangkan tegaknya khilafah. Ormas lain tidak mendukungnya. Ada yang bersorak, ada yang sewot dengan berita dibubarkannya HTI. Saya pernah menjadi pengagum organisasi ini dulu dan ingin bergabung, tapi karena kecewa dengan salah satu aksinya, saya berubah jadi tidak suka (bahkan benci). Tetapi, saya tetap mengakui kebaikannya.
Gerakan HTI dianggap membahayakan keutuhan negeri ini.
''Kami menolak demokrasi yang menempatkan kedaulatan di tangan rakyat, karena kedaulatan itu seharusnya berada di tangan Allah,'' katanya kepada wartawan dalam Konferensi Kekhilafahan Internasional di Jakarta, Minggu.
Namun, kata dia, pihaknya juga tidak serta-merta menolak pemilihan umum (pemilu) dan sistem perwakilan yang terdapat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan, ujar Ismail, gerakan Hizbut Tahrir di berbagai negara juga pernah memiliki pengalaman mengikuti pemilu seperti yang terjadi di Lebanon dan Jordania.
Ia menuturkan ketika Indonesia menyelenggarakan pemilu tingkat nasional pada 2004, pernyataan resmi yang dikeluarkan HTI adalah agar rakyat memilih yang terbaik karena setiap pilihan pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. (sumber Suara Merdeka)
"Aktivitas yang dilakukan nyata-nyata telah menimbulkan benturan di masyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat, serta membahayakan keutuhan NKRI," ujar Wiranto dalam konferensi pers di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Senin (8/5). (DetikNews).
Sedangkan pihak HTI merasa banyak berperan membangun negeri ini.
"Kami sampaikan bahwa kami adalah kelompok dakwah yang bergerak di negeri ini. Yang kami yakini sebagai solusi permasalahan yang tengah dihadapi oleh negeri ini. Kita tahu negara kita ini menghadapi masalah," ucap Ismail di Kantor Pusat HTI, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (8/5/2017).(DetikNews)
"Itu kan dakwah untuk membina mahasiswa menjadi dan memiliki kepribadian karakter Islam. Menjadi lebih soleh, dia semakin mengerti kepada orang tua, lebih hormat, terhindar dari narkoba dan seks bebas," tuturnya. (DetikNews)
Hizbut Tahrir berdiri tahun 1953 di Palestina. Ormas ini juga ada di negara-negara seperti Sudan, Libya, Inggris, Mesir, Turki, Jerman, Prancis. Pada tahun 1980-an ormas ini masuk ke Indonesia. Awalnya mereka aktif di kamapus-kampus, kemudian memperluas dakwahnya ke masyarakat pada tahun 1990-an. Sudah cukup lama juga mereka menjadi bagian negeri ini.
Kenapa keberadaan ormas yang dianggap membahayakan keutuhan negeri ini bisa bertahan sekian lama? Apa mungkin selama mereka ada di sini, pemerintah tidak ada? tidak peduli? belum menganggap bahaya? takut? atau masih dikaji?
HTI giat menyebar buletinnya di masjid-masjid. Saya sendiri mengenal ormas ini di salah satu masjid dulu. Cukup menarik memang bagi anak muda, dan kontennya--tidak keliru jika dinilai--provokatif.
KHILAFAH MENURUT ORMAS LAIN
Berikut beberapa komentar ormas lain mengenai khilafah.
Ide untuk mewujudkan khilafah harus tetap dalam kerangka negara bangsa, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila. Hal itu dikatakan Ketua Umum PP Muhammadiyah, M Din Syamsuddin, dalam sambutannya pada Konferensi Internasional Khilafah di Stadion Utama, Senayan, Minggu (12/8).
Menurut Din, khilafah adalah ajaran Islam yang baik dan disebutkan dalam Al-quran, bahkan dalam nada bahwa setiap manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Oleh karena itu konsep khilafah tidak mungkin kita tolak. Namun, kata dia, jika khilafah ditarik kepada kelembagaan politik keagamaan maka terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama dan cendekiawan muslim dari dulu hingga kini.
Soal khilafah historis yang pernah ada dalam sejarah Islam, misalnya, Ibnu Khaldun mengkritiknya sebagai bukan lembaga kepemimpinan politik yang bersifat keislaman, karena sesungguhnya khilafah waktu itu adalah kerajaan.
Menurut Din, gagasan untuk menegakkan khilafah sekarang ini mempunyai makna esensial perlunya persatuan umat Islam. Oleh karena itu penegakan khilafah harus tetap dalam kerangka NKRI. ''Khilafah seperti itu menolak separatisme pada satu sisi dan universalisme pada sisi lain,'' katanya. (Suara Merdeka)
Perlu diketahui, Mbah Wahab dalam pidatonya di parlemen pada tanggal 29 Maret 1954 yang dimuat dalam majalah Gema Muslimin (copy arsip ada di penulis) dengan judul, “Walijjul Amri Bissjaukah” mengatakan:
“Saudara2, dalam hukum Islam jang pedomannja ialah Qur’an dan Hadits, maka di dalam kitab2 agama Islam Ahlussunnaah Waldjama’ah jang berlaku 12 abad di dunia Islam, di situ ada tertjantum empat hal tentang Imam A’dhom dalam Islam, jaitu bahwa Imam A’dhom di seluruh dunia Islam itu hanja satu. Seluruh dunia Islam jaitu Indonesia, Pakistan, Mesir, Arabia, Irak, mupakat mengangkat satu Imam. Itulah baru nama Imam jang sah, jaitu bukan Imam jang darurat. Sedang orang jang dipilih atau diangkat itu harus orang jang memiliki atau mempunyai pengetahuan Islam jang semartabat mudjtahid mutlak. Orang jang demikian ini sudah tidak ada dari semendjak 700 tahun sampai sekarang…. Kemudian dalam keterangan dalam bab jang kedua, bilamana ummat dalam dunia Islam tidak mampu membentuk Imam A’dhom jang sedemikian kwaliteitnja, maka wadjib atas ummat Islam di-masing2 negara mengangkat Imam jang darurat. Segala Imam jang diangkat dalam keadaan darurat adalah Imam daruri……..Baik Imam A’dhom maupun daruri, seperti bung Karno misalnja, bisa kita anggap sah sebagai pemegang kekuasaan negara, ialah Walijjul Amri.” (Teks asli)
ANCAMAN TERHADAP KEUTUHAN NKRI
Ormas (yang dianggap) radikal dianggap sebagai ancaman keutuhan negeri ini. Mereka dianggap sebagai pemicu konflik dalam negeri. Di negeri ini ada dua ormas islam tertua, bahkan keduanya banyak berjasa dalam usaha perjuangan memerdekakan negeri ini. Mereka mendukung konsep negara NKRI; tidak menuntut ditegakkannya khilafah. Dua ormas islam tertua ini tidak dianggap radikal.
Belakangan banyak bermunculan ormas-ormas islam baru yang sebenarnya memiliki pemahaman agama berbeda dengan salah satu ormas tertua di negeri ini. Kehadiran ormas-ormas baru ini dianggap ancaman bagi ormas tertua tersebut. Bahkan ormas-ormas baru ini dianggap radikal dan keberadaannya dianggap mengancam keutuhan negeri ini. Tetapi, anehnya, pemerintah bangsa ini punya hubungan baik dengan pemerintah negara asal kelompok-kelompok baru tersebut.
Unik. Kelompok-kelompok baru tersebut disebut atau diberi nama "Kelompok Wahabi". Entah itu benar atau hanya tuduhan saja. Yang saya tahu begitu. Ada juga yang bilang, kelompok mereka hanya terpengaruh paham wahabi. Wahabi berpusat di Saudi Arabia. Saudi Arabia dengan Amerika Serikat itu berkawan, katanya. Indonesia dan Amerika juga berkawan. Bahkan kedatangan raja Saudi beberapa bulan lalu ke negeri ini, disambut dengan baik. Begitu katanya.
Ormas-ormas islam baru di negeri memang terlihat lebih militan, lebih gencar berdakwah dibanding dua ormas islam tertua. Mereka berhasil mengajak anak-anak muda dan orang tua untuk menjalankan ajaran islam seutuhnya, seperti menutup aurat bagi perempuan, bahkan bercadar, banyak pemuda-pemuda didikan mereka yang giat berceramah menyampaikan ajaran islam di berbagai tempat.
Tentu saja, jika dakwah mereka berhasil, semua orang di negeri ini akan beragama islam, dan hilanglah keberagaman agama di negeri ini. Meskipun mereka tidak terang-terangan seperti HTI, keberadaan mereka tetap menjadi ancaman. Namun, kewajiban menyebarluaskan ajaran agama itu bukan hanya ada pada agama islam, agama lain juga punya kewajiban. Artinya, mereka juga menjadi ancaman.
Kata beberapa ustadz dari kelompok tersebut, kitab rujukan HTI tidak sama atau bahkan bertentangan dengan ajaran ulamak-ulamak islam terkemuka yang diikuti oleh sebagian besar umat islam di dunia. Entah itu benar atau hanya tuduhan.
SISI BAIK
Di luar tuduhan-tuduhan negatif, kita harus mengakui kebaikan-kebaikan mereka. Lihatlah kader muda mereka, baik yang masih sekolah atau yang sudah mahasiswa atau yang sudah hidup di masyarakat. Adakah dari mereka yang suka minuman keras, kecanduan narkoba, sek bebas, terlibat perampokan dan pencurian, jadi begal, tawuran pelajar di jalan, dan semacamnya?
Masyarakat tidak buta dan tidak tuli. Masyarakat tahu bahwa mereka: orang-orang dalam ormas tersebut lebih mampu mendidik generasi muda menjadi orang baik dibanding guru-guru yang digaji oleh negara dan mereka yang menjaga lembaga pemasyarakatan. Kita semua tahu masalah kenakalan remaja, masalah tawuran antar pelajar. Waktu saya menjadi seorang tutor di kota pendidikan DI Yogyakarta, sempat terlibat dalam diskusi guru. Waktu itu, banyak guru mengusulkan agar sekolah bekerja sama dengan Satpol PP dalam menangani kenakalan siswa. Padahal, sekolah itu lembaga pendidikan.
Baca juga: Moral Generasi Masa Kini
Di lembaga pendidikan yang dikelola kelompok-kelompok yang dituduh radikal, atau ekstrim, atau berpaham wahabi, atau separatis, (termasuk HTI) hampir tidak ada siswa yang berperilaku seperti preman. Mereka dituntut tekun ibadah dan disiplin dalam segala hal, apalagi yang diasramakan dalam boarding school. Mereka dibiasakan berperilaku baik.
Entahlah, bagaimana baiknya... Semoga kedepannya negeri ini semakin baik, semakin damai dan sejahtera.
Belum ada Komentar untuk "Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Ormas Lain: Beragam Komentar"
Posting Komentar