Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Tak Perlu Rumah Mewah atau Jabatan Tinggi

______________
______________

Abu Ayyub Al Anshari
Pernahkah pembaca mendengar cerita pemuda atau pemudi yang sedang mencari jodoh dan berusaha memikat mangsanya dengan memamerkan penampilan, harta, atau jabatan, atau status sosialnya di masyarakat? Ada yang pamer sebagai anak ustadz, anak kyai, anak da'i, anak pejabat, atau anak konglomerat, bahkan ada yang pamer keturunan bule.

Berbagai usaha dilakukan demi hadirnya dewa cinta, demi memikat hati sang dewi cinta agar istananya tak sepi. Begitulah cinta. Bukan hanya soal cinta, urusan mencari teman, rekan bisnis, tim kerja pun juga tak jauh beda. Yang kaya, yang berparas menarik, tak jarang lebih mudah memikat.

Berikut cuplikan kisah terkait hal di atas.

Usai bersembunyi di Gua Tsur Rasulullah saw. dan Abu bakar ra. hijrah ke Madinah. Kaum muhajirin dan anshar, juga ibu-ibu Bani Najjar menyambut dengan suka cita kedatangan insan mulai cahaya bagi seluruh alam ini. Mereka dengan riangnya menyambut sang pujaan. Mereka menyanyikan lagu yang hingga kini terus dilantunkan.

Telah terbit bulan purnama
Dari celah bukit ke tengah-tengah kita
Kita wajib bersyukur senantiasa
Selama penyeru Allah masih ada

Wahai yang diutus kepada kami
Kau datang bawa perkara yang harus ditaati
Kau datang agungkan Madinah yang suci
Selamat datang, wahai sebaik-baik penyeru ilahi

Pembesar-pembesar Anshar berebut mendekati unta Rasulullah saw. Mereka ingin Rasulullah tinggal bersama mereka. Dipamerkannya kekayaan dan status sosial mereka agar Rasulullah tertarik. Diantara mereka ada paman-paman Rasulullah dari jalur ibu, dari Bani Najjar.

Akan tetapi Allah Maha Adil, Allah Maha Tahu mana yang pantas dan lebih berhak. Rasulullah saw. bersadba, "Biarkan unta berjalan, biarkan ia. Unta ini ada yang menuntun, dan aku akan tinggal di mana aku ditempatkan Allah nantinya." Jika dipandang dari status sosial, paman-paman Rasulullah tentu lebih berhak. Tetapi Allah Yang Maha Tahu menghendaki lain.

Unta Rasulullah berjalan disaksikan ratusan mata penuh harap dan rasa penasaran. Hingga akhirnya unta tersebut berhenti tepat di depan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Itulah rumah pilihan Allah untuk Rasul-Nya. Rumahnya tidak luas, hanya ada dua kamar: satu di lantai atas, dan satu di lantai bawah.Dindingnya lempung, tiangnya batang kurma, atapnya pelepah daun kurma yang rapuh.

Baca jua: sholat imam terlalu lama

Jika dibanding dengan para pemuka Quraisy yang berebut agar Rasulullah tinggal di rumahnya, siapalah Abu Ayyub al-Anshari. Ia sadar, tak ada yang bisa ia banggakan. Akan tetapi, siapakah yang bisa mencegah jika Allah sudah berkehendak memberi kepada siapa yang dipilih-Nya.

Kisah tersebut mengingatkan kita agar tidak sombong: sekaya apapun, betapapun mulianya di mata masyarakat, betapa pun tingginya status sosial kita, Allah memuliakan siapa yang Ia kehendaki. Hanya iman dan takwalah yang membedakan kita dengan muslim lainnya.

Sumber: Bilik-Bilik Cinta Muhammad, karya Dr. Nizar Abazhah

Belum ada Komentar untuk "Tak Perlu Rumah Mewah atau Jabatan Tinggi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel