Sahabat Nabi Yang Memilih Janda
Selasa, 08 November 2016
Tambah Komentar
______________
______________

Kisah pencarian cinta telah berjuta terukir di alam kehidupan umat manusia di bumi fana ini. Ada kisah sedih, ada kisah mengharukan, ada yang penuh ketegangan, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada yang penuh darah mencekam. Berbagai cerita cinta mengisi kehidupan ini.
Ada cerita cinta yang tidak sengaja dicipta, tokohnya biasanya berkata, "I am falling in love with you" atau "Aku jatuh cinta padamu". Mereka jatuh cinta, terjatuh, bukan sengaja menjatuhkan diri. Dan cerita cintanya dimulai dari musibah berupa jatuh tersebut. Tetapi ada cinta yang diniatkan diukir kisahnya, "Loving without fall", 'Mencintai tanpa jatuh'.
Tokoh pencinta memilih beragam pilihan, ada yang memilih yang cantik, ada yang memilih yang berilmu, ada yang memilih anak orang kaya atau orang besar, ada yang memilih yang dekat atau sebaliknya, ada yang memilih yang perawan atau janda. Niatnya pun beragam: ada yang demi harta, demi golongan, demi agama, demi menjaga pandangan, demi melindungi diri dari maksiat, dan semacamnya.
Berikut ini adalah satu kisah cinta yang diniatkan, "Loving without fall". Kisah ini tentang seorang pria yang menikahi wanita pendidik generasi. Kejadiannya pada tahun ketiga Hijriah, sebelum perang Dzat ar-Riqa’. Beliau adalah Jabir ibnu Abdullah al-Anshari.
Jabir menikahi seorang janda bernama Suhaimah binti Mas’ud bin Aus sepeninggal ayahnya yang gugur dalam Perang Uhud.
Jabir menceritakan, "Ketika pada suatu malam menjelang Perang Uhud, ayah memanggilku dan berkata, 'Sungguh aku tidak melihat diriku, kecuali terbunuh bersama sahabat-sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan sesungguhnya, demi Allah, aku memiliki utang kepada seseorang. Kau lunasilah utangku, sayangilah saudara-saudara perempuanmu, dan berikanlah wasiat kebaikan kepada mereka."
Ketika waktu sudah pagi, ayahku menjadi orang pertama yang terbunuh di Perang Uhud. Ketika ingin menguburkannya, aku mendatangi Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, ayahku telah membebankan utangnya kepadaku. Dan aku tidak memiliki sesuatu pun untuk melunasinya, kecuali apa yang dapat dipetik dari pohon kormanya. Kalau aku mengandalkan pohon itu untuk melunasi utangnya, maka aku akan melunasinya selama beberapa tahun, sedangkan saudara-saudara perempuanku tidak memiliki harta untuk dinafkahkan kecuali dari pohon itu."
Rasulullah berdiri dan pergi bersamaku ke tempat penyimpanan korma kami. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku, "Panggillah orang-orang yang berpiutang kepada ayahmu."
Maka aku pun memanggil mereka. Beliau masih saja menakar hingga Allah melunasi utang ayahku dengan korma. Aku melihatnya seperti sediakala, seakan-akan tidak berkurang satu biji korma pun. (Sumber: jadipintar,com)
Dari cerita di atas Jabir memiliki saudara perempuan yang ditinggal ayahnya, dan ayahnya sudah mengamanahkan mereka padanya agar diurus. Maka untuk mengurus kesembilan saudara perempuannya, Jabir memilih wanita janda untuk menjadi istrinya.
Berikut ini salah satu matan dari hadits yang disebutkan oleh syaikh Utsaimin rahimahullah,
، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، أَنَّ عَبْدَ اللهِ هَلَكَ، وَتَرَكَ تِسْعَ بَنَاتٍ - أَوْ قَالَ سَبْعَ - فَتَزَوَّجْتُ امْرَأَةً ثَيِّبًا، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا جَابِرُ، تَزَوَّجْتَ؟» قَالَ: قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: «فَبِكْرٌ، أَمْ ثَيِّبٌ؟» قَالَ: قُلْتُ: بَلْ ثَيِّبٌ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «فَهَلَّا جَارِيَةً تُلَاعِبُهَا وَتُلَاعِبُكَ» ، أَوْ قَالَ: «تُضَاحِكُهَا وَتُضَاحِكُكَ» ، قَالَ: قُلْتُ لَهُ: إِنَّ عَبْدَ اللهِ هَلَكَ، وَتَرَكَ تِسْعَ بَنَاتٍ - أَوْ سَبْعَ -، وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ آتِيَهُنَّ أَوْ أَجِيئَهُنَّ بِمِثْلِهِنَّ، فَأَحْبَبْتُ أَنْ أَجِيءَ بِامْرَأَةٍ تَقُومُ عَلَيْهِنَّ، وَتُصْلِحُهُنَّ، قَالَ: «فَبَارَكَ اللهُ لَكَ» أَوْ قَالَ لِي خَيْرًا،
"Dari Jabir bin Abdullah dia berkata; Bahwasanya Abdullah telah meninggal dunia dan meninggalkan sembilan anak perempuan, atau dia berkata; Tujuh. Lantas saya menikah dengan seorang janda. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadaku: "Wahai Jabir, apakah kamu sudah menikah? Dia (Jabir) berkata; Saya menjawab; Ya. Beliau bertanya kembali: "Dengan seorang gadis atau janda?" Dia (Jabir) berkata; Saya menjawab; Dengan seorang janda, wahai Rasulullah! Beliau bersabda: "Kenapa tidak dengan seorang gadis, agar kamu bisa bercumbu rayu dengannya dan dia bisa bercumbu rayu denganmu? -Atau beliau bersabda: - Kamu bisa bersenda gurau dengannya dan dia bisa bersenda gurau denganmu?" Dia (Jabir) berkata; Saya berkata; Sesungguhnya Abdullah (ayah Jabir) telah meninggal dunia dengan meninggalkan sembilan anak perempuan atau tujuh anak perempuan, dan saya tidak suka jika saya menikah dengan orang yang sepadan dengan mereka, namun saya lebih suka menikah dengan wanita yang bisa mengurus mereka dan bisa membuat mereka baik. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: "Semoga Allah memberkahimu." atau beliau mendo'akan kebaikan kepadaku". (HR. Bukhari no.5367 dan Muslim, no.715, lafadz ini adalah lafadz Muslim) - Sumber: salamdakwah (judul: Pemuda yang Menikah dengan JAnda)
Sumber lain:
Apakah kamu baru saja menikah, Wahai Jabir?' Saya menjawab; 'Ya.' Beliau bertanya: 'Gadis atau janda.' Saya menjawab; 'Janda.' Beliau bertanya: 'Kenapa kamu tak menikahi gadis saja. Kamu bisa bermain-main dengannya & dia bisa bercanda denganmu.' Saya menjawab; 'Wahai Rasulullah, Abdullah telah meninggal & meninggalkan tujuh anak perempuan atau sembilan. Saya datang (menikahi istrinya) agar bisa mengurus mereka'. (Jabir bin Abdullah) berkata; Kemudian beliau mendoakanku. (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; Hadits semakna diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab, & Ka'ab bin Ujrah. Abu Isa berkata; Hadits Jabir bin Abdullah merupakan hadits hasan sahih. [HR. Tirmidzi No.1019]. (Sumber: mutiarahadits.com)
Sabda Nabi saw., "Innama‘l a’malu binniyat, wa innama likulli ‘mri‘in ma nawa" yang artinya 'Sesungguhnya perbuatan itu bergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkannya.'
Jabir menikahi seorang wanita janda dengan niat menghadirkan pendidik yang bisa membimbing dan mengayomi saudara perempuannya. Sungguh niat yang mulia. Ini adalah cerita cinta yang diukir dengan sadar, bukan cinta yang terkisah karena terjatuh. Betapa indahnya jika mendapat istri yang bisa menjadi pendidik bagi anak sendiri, anak saudara, dan anak-anak umat islam.
Berikut hadits tentang niat:
ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits) - Sumber: muslim.or.id
Bagaimana dengan pembaca yang belum menikah dan sudah ingin menikah, apa niat kalian menikah?
baca juga: Rumah Abu Ayyub al-Anshari
Belum ada Komentar untuk "Sahabat Nabi Yang Memilih Janda"
Posting Komentar