Salah Masuk Ruang Kuliah Ketemu Bidadari
Rian lagi asyik online dan diskusi serius di group Facebook "Curhatan lebbay Bin Alay". Postingannya mendapat 250 komentar, termasuk balasannya. Kualahan ia membalas semua komentar hingga semakin ngawur komentarnya, tapi malah semakin banyak yang komentar. Ia geletakkan badannya, sepertinya agak lelah. Ia biarkan saja thread-nya dikomentari. Wajahnya ia tutupi topi.
Jam sudah menunjuk angka 08:47, berarti 13 menit lagi Rian harus berada di ruang kuliah dan menyerahkan tugas kuliahnya. Tetapi ia lupa. Ia bangun dan mengambil ponselnya di meja. Ada beberapa foto mahasiswi yang ia foto tanpa permisi. Ia lihatin satu-satu.
"Hah..!!" Ia kaget. Ingat. "Tugas?! Sekarang!"
Jam sudah 08.53. Tanpa mandi, ia langsung pake baju, ambil tas dan lari ke kampus. Untungnya kontrakannya di samping kampus. Namun telat, teman-temannya sudah masuk. Ia pun langsung masuk ruang 1.3 dan duduk di deretan nomor dua.

Pak dosen memandanginya. Rian merasa aneh. Ia tidak kenal dosen yang menatapnya. Belum pernah diajar beliau. Ia menoleh teman-teman sekelasnya. Tidak satu pun yang ia kenal. Rian merasa malu, tapi nekad saja diam sejenak. Barangkali dosennya akan menganggap ia memang mahasiswanya. Dan benar dugaannya. Pak dosen melanjutkan ceramahnya.
Sepertinya sudah aman. Rian ingin memastikan sudah tidak ada lagi mahasiswa di kelas itu yang memperhatikannya. Ia memutar pandangan lagi. Betapa terkejutnya dia, tepat di samping kanannya, seorang bidadari sedang memandangnya. Matanya indah. Tetapi Rian segera memalingkan pandangannya, takut ketahuan dosen. Ia tulis pin BBM di kertas, "Ini pinku, simpan ya." Lalu ia berdiri dan mohon pamit pada pak dosen. Pak dosen terlihat bingung. "Salah kelas, Pak," jelasnya sambil tertawa. Sontak seisi kelas tertawa.
Segera ia balik ke kontrakan, tidak jadi kuliah. "Kok sudah pulang, Bro?" tanya Firman, teman yang satu kontrakan dengannya.
"Telat. Buru-buru masuk, tak tahunya salah ruangan."
"HAhahahahHaa..." Firman, Dani, dan Luki tertawa."Tapi spesial, Bro."
"Apa?! Dosennya cantik?"
"Kamu, Dan! Incarannya kok dosen. Ketuaan lah. Tadi aku duduk di deretan bangku nomor dua. Hmm... ternyata, di sampingku itu ada cewek cantik. Tak kasih aja pin BBM. Semoga dia invite."
"Terlalu ngarep kamu! Sulit cari cewek cantik single, Bro. Apalagi wajah pas-pasan kayak kamu."
"Ngece, Lo. Jangan iri kalau aku bisa dapatkan dia."
***
Malam semakin sepi. Rian masih memandangi smartphone-nya, menunggu ada notifikasi invite di BBM-nya. Ia sudah mulai ngantuk. Teman-temannya sudah pada tidur. Ia menyesal tidak menunggu cewek itu selesai kuliah. Seharusnya Rian menunggu di depan kelas hingga ia keluar. Mau ke kampus sekarang, sudah sepi.
"Bro...!! Bangun, Bro...!! Dah siang."
Setengah sadar Rian mendengar suara Firman membangunkannya sambil mengetuk pintu. Langsung ia lihat smartphone-nya. Kecewa. "Masih ngantuk, Bro," jawabnya.
"Tidak kuliah?"
"Ntar, jam sembilan."
"OK."
Smartphone Rian berbunyi. Itu bunyi notifikasi BBM. Segera ia raih smartphone-nya. Langsung hilang ngantuknya. Ada satu permintaan dari seseorang dengan nama "Adiba Shakila Atmarini" dengan foto profil kelinci Angora English warna putih. Rian yakin dia cewek yang ia beri pin BBM di kelas itu. Langsung ia terima dan menyapanya, "Kamu yang di kelas itu? Yang saya beri pin BBM?"
Dia langsung membalas, "Hehe... iya," jawabnya. "Minat beli kelinci? Ni q mau jual dua ekor Flemish Giant."
Rian tidak mengerti soal kelinci, tapi ini kesempatan. Langsung saja ia balas, "Iya, berapa?"
"Rp 600rb, gan."
Rian kaget. Ia belum tahu harga-harga kelinci. Uang segitu, mau dapat dari mana? "Q lht dulu ya..."
"Boleh."
"Alamat?"
"Perumahan belakang perpustakaan, gang F nomor 6."
Rian segera mandi dan langsung berangkat. Uang urusan belakang, pikirnya. Yang penting bisa ketemu dia dulu. Dengan mudah Rian bisa menemukan rumah itu. Dia sudah menunggu di teras depan dengan dua ekor kelinci besar. "Shakila..." sapa Rian dengan ragu-ragu.
Dia tersenyum. "Adiba."
"Adiba..." Rian buka BBM-nya. "Adiba Shakila Atmarini..."
Dia tersenyum. "Iya. Ini kelincinya."
Rian kaget melihat kelinci sangat besar seperti anak kambing. "Besar sekali..?!"
"Iya. Itu jenis Flemish Giant."
Sebenarnya ia ingin tanya kenapa harganya sangat mahal. Pikirnya cuma 30.000-an. Tetapi, tidak enak. Takut dikira bokek. "Pakannya apa?" Pura-pura saja ia tanya perawatan dan segala seluk beluk tentang kelinci. "Ini rumahmu?"
"Bukan. Saya ngontrak. Bertiga di sini. Sambil melihara kelinci di halaman belakang."
"Banyak?"
"25 ekor. Ada Angora English, Fuzy Loop, Dutch, Tiger Head," jelasnya. Lalu dia ke dalam.
Rian tidak mengerti jenis-jenis kelinci. Batinnya, cewek kaya nih... Kalau satu ekor harganya 600.000, dikali 25 kan 15.000.000. Wah, 5000.000 saja aku belum pernah pegang. Adiba keluar lagi membawa empat ekor kelinci dengan bentuk berbeda-beda. "Ini masih anakan: ini yang English, ini Dutch, ini Fuzy Loop, ini Tiger Head." Rian tersenyum. Lumayan dapat kuliah peternakan gratis dari dosen cantik.
"Kamu hebat ya."
Adiba tertawa. "Saya hobi melihara binatang sejak SD. Di rumah saya punya kuda."
Rian coba menggoda, "Punya sapi juga, Mbak?" Menurutnya, tidak mungkin perempuan melihara sapi.
"Saya punya lima ekor sapi Brahman sama dua ekor sapi limousin. Ada 15 ekor kambing etawa juga di rumah."
Rian garuk-garuk kepala. Bingung. Bos ternak nih.
Sekarang Rian jadi bingung. Sudah punya kontak BBMnya, sudah tahu kontrakannya, tapi sepertinya terlalu berat. Bagaimana caranya dekatin cewek kaya seperti itu. Dirinya cowok bokek. Sepertinya dia mau nyerah saja. Tapi, eman-eman jika menyia-nyiakan cewek cantik kayak gitu. Dia coba nekad saja tanya, "Adiba punya pacar?" begitu pesan yang ia kirim.
"Hehehe... Single. Mang napa?"
Waduh, ramah bener nih cewek. "Jarang ada cewek cantik single."
"Banyak lah. Kamu?"
Wah, kesempatan nih. "Single juga."
"Kenapa single?"
Eh, malah nanya gitu. "Tidak ada yang mau."
"Hahahahaaaa.... Aku lebih suka bisnis, kalau ada yang cocok, nikah aja."
Waduh. Rian belum mikir ke situ, tapi boleh juga pemikirannya. Enak juga ya kalau nikah sama cewek cantik. "Memang yang cocok kayak apa?"
"Hehehe... Ada deh."
Wah, tidak mau terbuka. "Yang setara ekonominya ya," coba Rian tebak.
"Rasulullahu shallallahu 'alaihi wasallam sama sayyidah Khadijah tidak setara kalau ekonominya."
Wah, surprised. Berarti ada keempatan bagi Rian. Coba saja dia lanjut. "Kalau cowok kayak aku, apa mungkin ya jadi suami kamu?"
"Hahahahaa... Mikir kuliah aja dulu. Jodoh sudah diatur oleh Allah."
***
4 tahun berikutnya.
Besok acara wisuda. Rian mencoba ajak makan bersama Adiba malam ini. "Langsung pulang kampung?" tanya Rian.
Adiba paham maksud Rian. Walau selama ini tempak teman biasa, tapi ia paham, Rian menyukai dirinya. "Kamu?" ia malah tanya balik.
"Aku baru saja mulai bisnis di sini."
"Bisnis apa?"
"Bimbel."
"Aku juga suka sih kota ini."
"Kamu sudah punya calon?"
Adiba tersenyum. "Kalau belum?"
"Kalau dianggap pantas, aku ingin melamarmu."
Adiba memandang Rian dengan senyum.
Belum ada Komentar untuk "Salah Masuk Ruang Kuliah Ketemu Bidadari"
Posting Komentar