Dosenku Kurang Asyik Cuy
Senin, 23 Februari 2015
Tambah Komentar
______________
______________
"Kayak main-main aja ya, tidak pake seragam."
"Kuliah itu emang cuma main-main, Lin."
"Itu kan kamu. Kuliah tidak gratis, Bro."
"Gratis. Bapakku kok yang bayar."
"Dasar, anak durhaka."

Hari ini adalah hari pertama masuk kuliah. Lina dan Rian termasuk dari mereka. Masa orientasi tidak cukup mengenalkan mereka pada dunia kampus. Duni akampus masih benar-beanr baru bagi mereka. Mereka belum tahu seperti apa dosen mengajar. mereka belum tahu seprti apa kelas perkuliahan di kampus. Mereka juga belum tahu bagaimana hidup mereka setelah perkuliahan mulai.
"Wow, cntiknya!"
Banyak mata mengintai mangsa. Banyak bidadari dari berbagai daerah berkumpul di satu kampus. Tentu saja banyak pilihan. Rian jadi lupa kuiahnya. "Berburu bidadari lebih asyik."
"Ingat orang tua," tegur Lina.
"Iya, aku doakin tiap malam, sehabis tahajjud."
Seseorang datang menghampiri Rian dan kawan-kawan yang sedang berkumpul di depan ruang kelas I.2, ia langsung saja masuk ruangan.
"Dosennya?"
"Dosennya, Cuy. Ayo, masuk!"
Mungkin karena masih terlihat sangat muda, sehingga tanpak seperti mahasiwi.
"Wah, kalau kayak gini dosennya, jadi tidak khusuk belajarnya," celetuk Dicky yang duduk di samping Rian.
Baca juga: Calon sarjana sastra
"Masih single, kayaknya," sahut Rian.
Di ruang 2.5 Hendra dan Husnan sedang berhadapan dengan profesor Sadiman. Kacamatanya agak diturunkan, tangan kirinya dimasukkan saku celana. Tangan kanan memegang laser menunjuk layar yang dipancarkan oleh LCD. "Jika tidak niat, jika main-main di kelas, lebih bijak sana di luar saja," katanya. Semua mahasiswa diam.
"Kayak Pak Ludas," bisik Hendra.
"Husss Diem, Cuy!"
Tak terasa 90 menit sudah berlalu. Mereka keluar kelas. Rian sama Lina menunggu Hendra sama Husnan di tangga. Lukman juga sudah keluar dari ruang 1.4 dan menghampiri Rian dan Lina. "Hi, Bro. Dosenku gaul. Keren. Lucu kayak almarhum dono," katanya pada Rian. Padahal dosen yang dimaksud lagi berjalan di belakangnya.
"Kalau kamu pernah melihat wajah Cleopatra, ah, dua banding sebelas sama dosenku."
"Wih...!! Masih single?"
"Udah nenek-nenek."
"Hi, Bro!" Hendra sama Husnan turun dari tangga. "Serrem, Cuy."
"HaHahahaha... Makan tu dosen serrem," sahut Lukman.
"Dia juga ngajar di kelasmu, Cuy!"
"Udah, tidak usah ngomongin dosen. Waktunya cari mangsa," Rian mengalihkan topik pembicaraan.
"Mumpung belum ada tugas. Kalau dah banyak tugas, mampus lho," sahut Lukman.
"Tidak usah dikerjakan."
"Ayo, balik ke kontrakan."
"Duluan aja."
"Kuliah itu emang cuma main-main, Lin."
"Itu kan kamu. Kuliah tidak gratis, Bro."
"Gratis. Bapakku kok yang bayar."
"Dasar, anak durhaka."

Hari ini adalah hari pertama masuk kuliah. Lina dan Rian termasuk dari mereka. Masa orientasi tidak cukup mengenalkan mereka pada dunia kampus. Duni akampus masih benar-beanr baru bagi mereka. Mereka belum tahu seperti apa dosen mengajar. mereka belum tahu seprti apa kelas perkuliahan di kampus. Mereka juga belum tahu bagaimana hidup mereka setelah perkuliahan mulai.
"Wow, cntiknya!"
Banyak mata mengintai mangsa. Banyak bidadari dari berbagai daerah berkumpul di satu kampus. Tentu saja banyak pilihan. Rian jadi lupa kuiahnya. "Berburu bidadari lebih asyik."
"Ingat orang tua," tegur Lina.
"Iya, aku doakin tiap malam, sehabis tahajjud."
Seseorang datang menghampiri Rian dan kawan-kawan yang sedang berkumpul di depan ruang kelas I.2, ia langsung saja masuk ruangan.
"Dosennya?"
"Dosennya, Cuy. Ayo, masuk!"
Mungkin karena masih terlihat sangat muda, sehingga tanpak seperti mahasiwi.
"Wah, kalau kayak gini dosennya, jadi tidak khusuk belajarnya," celetuk Dicky yang duduk di samping Rian.
Baca juga: Calon sarjana sastra
"Masih single, kayaknya," sahut Rian.
Di ruang 2.5 Hendra dan Husnan sedang berhadapan dengan profesor Sadiman. Kacamatanya agak diturunkan, tangan kirinya dimasukkan saku celana. Tangan kanan memegang laser menunjuk layar yang dipancarkan oleh LCD. "Jika tidak niat, jika main-main di kelas, lebih bijak sana di luar saja," katanya. Semua mahasiswa diam.
"Kayak Pak Ludas," bisik Hendra.
"Husss Diem, Cuy!"
Tak terasa 90 menit sudah berlalu. Mereka keluar kelas. Rian sama Lina menunggu Hendra sama Husnan di tangga. Lukman juga sudah keluar dari ruang 1.4 dan menghampiri Rian dan Lina. "Hi, Bro. Dosenku gaul. Keren. Lucu kayak almarhum dono," katanya pada Rian. Padahal dosen yang dimaksud lagi berjalan di belakangnya.
"Kalau kamu pernah melihat wajah Cleopatra, ah, dua banding sebelas sama dosenku."
"Wih...!! Masih single?"
"Udah nenek-nenek."
"Hi, Bro!" Hendra sama Husnan turun dari tangga. "Serrem, Cuy."
"HaHahahaha... Makan tu dosen serrem," sahut Lukman.
"Dia juga ngajar di kelasmu, Cuy!"
"Udah, tidak usah ngomongin dosen. Waktunya cari mangsa," Rian mengalihkan topik pembicaraan.
"Mumpung belum ada tugas. Kalau dah banyak tugas, mampus lho," sahut Lukman.
"Tidak usah dikerjakan."
"Ayo, balik ke kontrakan."
"Duluan aja."
Belum ada Komentar untuk "Dosenku Kurang Asyik Cuy"
Posting Komentar