Aku Mahasiswa, Sudah Jadi Idaman Cewek SMP dan SMA
Selasa, 24 Februari 2015
Tambah Komentar
______________
______________
"Mana si Udin?"
"Keluar."
"Tiap pagi mesti keluar."
"Siang juga."
"Jadi tukang ojek?"
"HahAHAhahaha... Ngawur, Lo, dia itu anak pengusaha kaya di kampung."
"Iya, becanda. Ngojek pacarnya, maksudku."

Kelas 2 SMP awal rasa cinta bersemi di hati Udin. Ia jatuh cinta pada kakak kelasnya, Ria, yang juga masih satu kampung, anak Pak KASUN. Tetapi, ia gagal mendapatkannya. Katanya Ria terpikat sama anak SMA. Ada juga yang bilang, Ria diguna-guna sehingga jatuh cinta pada anak SMA itu. Tapi dugaan terkuat, Ria bangga bisa dapatkan cowok SMA.
Udin tidak mungkin pacaran sama anak SD, bisa apa, pikirnya. Mau hidup nge-jomblo, malu. Anak orang kaya kok hidupnya setara dengan anak orang miskin. Di sekolahnya, anak gaul harus punya pacar. Ia pun terpaksa macarin si Muna, lumayan cantik untuk dibawa keluyuran, meski ia tidak suka. Bisalah buat tambah hiasan motornya yang keren, pikirnya.
Ketika SMA, nasib sial masih setia bersamanya. Gadis idamannya pacaran sama anak kuliahan, mahasiswa di kampus berkelas. "Adik kelas banyak yang cantik, Bos," Ricko memberanikan diri usul. Tapi, Udin tak menggubrisnya. Tetapi, lagi-lagi, karena ia tidak punya gebetan, akhirnya pun seadanya. Ia macarin adik kelas yang dianggap paling cantik oleh cowok sak sekolahan.
"Mas, makan siangnya dimana?"
Pacar Udin sangat manja, tapi Udin senang. Sudah sekian lama ia apes terus. Sekarang ia bisa membuktikan bahwa ia bisa macarin gadis-gadis SMA, kalau perlu semua gadis tercantik di tiap SMA akan dia pacarin. Ia dendam pada masa lalu yang kelam.
"Keluar."
"Tiap pagi mesti keluar."
"Siang juga."
"Jadi tukang ojek?"
"HahAHAhahaha... Ngawur, Lo, dia itu anak pengusaha kaya di kampung."
"Iya, becanda. Ngojek pacarnya, maksudku."

Kelas 2 SMP awal rasa cinta bersemi di hati Udin. Ia jatuh cinta pada kakak kelasnya, Ria, yang juga masih satu kampung, anak Pak KASUN. Tetapi, ia gagal mendapatkannya. Katanya Ria terpikat sama anak SMA. Ada juga yang bilang, Ria diguna-guna sehingga jatuh cinta pada anak SMA itu. Tapi dugaan terkuat, Ria bangga bisa dapatkan cowok SMA.
Udin tidak mungkin pacaran sama anak SD, bisa apa, pikirnya. Mau hidup nge-jomblo, malu. Anak orang kaya kok hidupnya setara dengan anak orang miskin. Di sekolahnya, anak gaul harus punya pacar. Ia pun terpaksa macarin si Muna, lumayan cantik untuk dibawa keluyuran, meski ia tidak suka. Bisalah buat tambah hiasan motornya yang keren, pikirnya.
Ketika SMA, nasib sial masih setia bersamanya. Gadis idamannya pacaran sama anak kuliahan, mahasiswa di kampus berkelas. "Adik kelas banyak yang cantik, Bos," Ricko memberanikan diri usul. Tapi, Udin tak menggubrisnya. Tetapi, lagi-lagi, karena ia tidak punya gebetan, akhirnya pun seadanya. Ia macarin adik kelas yang dianggap paling cantik oleh cowok sak sekolahan.
"Mas, makan siangnya dimana?"
Pacar Udin sangat manja, tapi Udin senang. Sudah sekian lama ia apes terus. Sekarang ia bisa membuktikan bahwa ia bisa macarin gadis-gadis SMA, kalau perlu semua gadis tercantik di tiap SMA akan dia pacarin. Ia dendam pada masa lalu yang kelam.
***
3 Tahun kemudian
Udin membawa pacarnya ke kontrakannya. Ia ingin nunjukin kehebatannya pada Adrian dan Salman, teman sekontrakannya, bahwa dia bisa macarin cewek cantik dan berkelas. Mereka berdua kaget melihat Udin bawa anak SMA masih lengkap dengan seragamnya. Apalagi tingkahnya ... Wah ... luar biasa.
"Pacarmu, Din?" tanya Adrian yang lagi mandiin motornya di teras depan.
"Memangnya pacar siapa?"
"Cantik, Din," tambah Salman yang lagi ngasih makan burung kenarinya di samping. "Masih unyu-unyu."
"Iya, mantap itu," sahut Adrian. "Jangan kayak Salman, sukanya sama tante-tante."
"Tante lebih matang, Cuy. Servicenya mantap"
"Iya, wong anak SMA dah kamu dicicipi semua. Udah bosan."
"Ah, kan bagi-bagi sama kamu juga dulu."
Dulu waktu masih sekolah atau watu masih kuliah, Udin pacaran agar tidak malu sama teman-temannya, agar dibilang cowok hebat juga. Sekarang, teman-temannya sudah pada hidup sendiri-sendiri. Mereka sudah sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Sudah sibuk dengan keluarga masing-masing. Tidak mungkin rasanya bagi Udin menikahi wanita untuk dipamerkan ke teman-temannya. Istri itu kan tidak sama dengan pacar, tidak bisa ditinggal begitu saja. Kalau mau ditinggal harus cerai ke pengadilan.
***
10 tahun kemudian
"Kamu belum nikah, Din?" tanya Adrian lewat chat di Whatsapp.
Udin tidak segera menjawab. "Belum dapat yang cocok," jawabnya.
"Nyari yang kayak apa? Jangan cari anak SMP, Din. Kelamaan nunggu kamu. Kecuali dia mau berhenti sekolah."
"Ceritanya berubah, Kawan."
"Maksudmu?"
"Entahlah. Aku jadi bingung."
Dulu waktu masih sekolah atau watu masih kuliah, Udin pacaran agar tidak malu sama teman-temannya, agar dibilang cowok hebat juga. Sekarang, teman-temannya sudah pada hidup sendiri-sendiri. Mereka sudah sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Sudah sibuk dengan keluarga masing-masing. Tidak mungkin rasanya bagi Udin menikahi wanita untuk dipamerkan ke teman-temannya. Istri itu kan tidak sama dengan pacar, tidak bisa ditinggal begitu saja. Kalau mau ditinggal harus cerai ke pengadilan.
Kadang ia juga mikir masa depan. Selama ini ia hidup dengan harta orang tua yang berlimpah. Tetapi sudh nampak sekali usia orang tuanya. Sudah sakit-sakitan. Mau melanjutkan usaha orang tua, ia tidak pengalaman. Mau kerja sesuai bidang studi yang ia pelajari di kampus, sudah lupa semua ilmunya. Apa lagi dulu memang tidak tahu apa yang diajarkan dosen.
"Aneh. Hidupmu kan tidak repot, Din. Perlu apa, tinggal beraksi."
Udin tersenyum saja. Dulu hidup begitu menarik buatnya. Sekarang, seakan hidup itu tidak ada perlunya. Tetapi, ia juga belum ingin mati, tapi ngapain juga hidup.
"Iya, sih..."
baca juga: Sarjana Menganggur
Belum ada Komentar untuk "Aku Mahasiswa, Sudah Jadi Idaman Cewek SMP dan SMA"
Posting Komentar