Featured post

Menikahi Janda Kaya Untuk Biaya Kuliah

BAB 1: Makan Malam Masakan Ibu Kost Ada orang ketuk pintu. Rian membuka kamar kostnya. Rupanya ibu kostnya, Bu Rahma. "Ibuk masak agak ...

Debat Guru Idealis dan Guru Realis

______________
______________

Guru realist
Matahari sudah agak tinggi, lebih dari tongkat tingginya. Bumi sudah panas. Embun sudah tinggal sedikit. Daun sudah tampak sekali hijaunya, mengkilau. Penduduk desa sudah pada berangkat ke sawah, anak-anak juga sudah berada di sekolah.

Baca juga: tertipu label sekolah sunnah

Di salah satu ruang kantor sekolah ada dua guru sedang asyik mengobrol, berikut cuplikannya:
A: Saya tidak habis pikir, bagaimana jadinya dunia ini ke depan.
B: Sudah ada Tuhan yang mengurusi, Pak. (Sambil baca koran)
A: Tapi kan, kita sudah diangkat menjadi wakil-Nya untuk mengurusi dunia ini?!
B: Untuk memanfaatkannya juga, Pak.
A: Itu bukan yang utama. Kita mesti bertanggung jawab. Coba lihat generasi kita. Buuuaaaanyak sekali yang       tidak bermoral. Itu adalah cerminan bahwa kita, sebagai orang tua, terutama sebagai guru, gagal mengemban amanah Tuhan untuk mendidik mereka generasi kita.
B: (Tersenyum dalam hati) Aku sukses. Ni, perutku buncit (Berkata dalam hati)

A: Seharusnya, dan semestinya, kita sebagai guru fokus memikirkan generasi. Kalau perlu kita abdikan hidup kita 24 jam untuk memikirkan mereka. Keadaan, kondisi moral generasi sudah ssssaaaangat mengkhawatirkan. Ini sudah genting. Tidak bisa ngurusi dengan main-main.
B: Emang lho udah bisa buat anak bini lho tersenyum? (Berkata dalam hati)
A: Kalau saya jadi kepala sekolah, saya akan buat program dan aturan agar semua yang berada di dunia sekolah bekerja profesional dan tidak main-main.
B: Jadi menteri lebih baik, Pak. Gajinya juga lebih mahal.
A: Tidak digaji pun, saya akan terus berjuang mendidik generasi. Ini tanggung jawab kita yang tua. Perjuangan harus diusung. Dunia adalah tanggung jawab kita.
B: Dari mana lho bayar utang, kalau kerja nggak digaji. (Berkata dalam hati)
A: Saya melihat banyak ketidaksesuaian dalam pendidikan kita, khususnya di sekolah ini...!!
B: Apa saja, Pak?
A: Ya, banyak. Kurikulumnya. Bahan ajar. Metode mengajarnya. Perlakuan terhadap murid juga. (Tangannya melayang-layang mengilustrasikan). Kita tidak bisa sembarangan mengukur kemampuan siswa. Kita harus profesional. Program sekolah harus sesuai dengan konsep pendidikan kita, pendidikan nasional, pendidikan negara republik Indonesia.
B: Memang siapa yang membuat konsep pendidikan, Pak?
A: Ya, pemerintah. Pemerintah kita. Apa-apa yang sudah diatur oleh negara, jangan dilanggar agar pendidikan berjalan sebagaimana mestinya, dan sukses.
B: Benar juga, Pak. Tapi, negara itu siapa, Pak? Manusia, kan?
A: (Diam sejenak) Ya, mereka. Merek yang sudah profesional di bidang pendidikan. Mereka yang harus kita patuhi.
B: Ow... Terus, yang dikatakan sukses, bagaimana, Pak?
A: Ya sukses. Belajarnya berhasil. Nilai semua mata pelajaran selalu tinggi. Tidak ada yang tidak naik kelas. Tidak ada yang tidak lulus.
B: Tetangga saya tekun, pintar. Nilainya selalu tinggi waktu sekolah dulu. Tapi sekarang, ia sering pinjam uang ke tetangga yang lain. Dia ngajar di sekolah swasta. Katanya tidak perlu melamar, diminta lembaganya, tapi gajinya hanya 100 ribu sebulan.
A: Hidup memang perlu perjuangan! Itu bagus, berjuang.
B: Kalau begini, bagaimana, Pak? Saya punya banyak strategi.
A: Strategi apa?
B: Saya berencana merancang kebohongan-kebohongan agar saya bisa menjadi orang terhebat dan paling berkuasa, sehingga saya menjadi orang terkuat dan bisa mengatur negara, termasuk pendidikan. Kalau sudah begitu, saya tidak perlu protes sana-sini, tinggal bilang, "Kalian semua harus begini." Saya yakin mereka akan nurut. Dan, saya hidup kaya, tidak dimusuhi orang, dan hidup enak.
A: (Marah) Itu cara munafik...!!
B: (Tertawa) Gambarannya begini. Anda seorang diri naik motor di jalan raya lajur kiri. Anda benar. Tiba-tiba ada 3 bus dari arah berlawanan di lajur kanan, sejalur dengan anda. Anda mau mempertahankan kebenaran anda, atau mau keluar dari jalan? Keluar jalan, berarti menyerah.
A: Apa hubungannya?!
B: Pernah dengar aktifis mati terbunuh? (Sedikit berbisik)
A: (Pergi)


2 Komentar untuk "Debat Guru Idealis dan Guru Realis"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel