Budi Daya Puyuh
Kamis, 28 Maret 2013
Tambah Komentar
______________
______________
1. Sejarah Singkat
Puyuh (nama lain: Gemak–Bhs. Jawa-Indonesia/Quail—bahasa asingnya) merupakan jenis burung tidak dapat terbang. Tubuhnya kecil, kakinya pendek dan dapat diadu. Burung puyuh merupakan bangsa burung liar.
Puyuh pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Kemudian dikembangkan ke penjuru dunia. Sementara di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak akhir tahun 1979. Sekarang sudah bisa ditemui dimana-mana di indonesia.
2. Manfaat
Seperti jenis unggas lainnya, puyuh dimanfaatkan telur dan dagingnya, nilai gizinya tinggi dan rasanya lezat. Bulunya bisa dimanfaatkan sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga. Sedangkan Kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk kandang, dapat juga digunakan sebagai pupuk tanaman.
3. Tujuan Pemeliharaan
Ada 3 tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a.Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
b.Untuk produksi daging, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c.Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksinya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
4. Pemilihan Lokasi Ternak
Untuk budidaya puyuh, pilihlah lokasi yang jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk, tetapi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur pemasaran agar mudah untuk memasarkan. Selain itu, pastikan daerah tersebut bukan daerah yang rawan bencana alam seperti banjir, longsor, atau bencana lainnya, serta terbebas dari hama penyakit. Dan penting juga, pastikan daerah tersebut selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
5. Perkandangan
Ada dua model kandang puyuh yang biasa diterapkan, yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukurannya untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, setelah usia sepulluh hari dikurangi menjadi 60 ekor/m2sampai lepas masa anakan. Terakhir dikurangi lagi menjadi 40 ekor/m2sampai masa bertelur.
Temperatur kandang yang ideal berkisar 20-25 derajat C; kelembabannya berkisar 30-80%. Pada siang hari penerangan kandang cukup 25-40 watt saja, sedangkan pada malam hari 40-60 watt (untuk cuaca mendung/musim hujan). Pada pagi hari sinar matahari pagi harus masuk kedalam kandang, atur posisi kandang.
Macam-macam kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh:
Kandang untuk induk pembibitan
Luas kandang untuk indukan harus disesuaikan dengan jumlah puyuh yang dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan kandang seluas 200 m2. Ukuran kandang berpegaruh langsung pada produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas.
Kandang untuk induk petelur
Untuk induk petelur, kepadatan kandang usahakan lebih besar, sama juga tidak apa-apa. Bentuk, ukuran, dan peralatannya sama dengan kandang untuk pembibitan.
Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
Ukuran yang biasa digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm untuk 90-100 ekor anak puyuh. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.
Kandang ini digunakan untuk anak puyuh pada usia starter, yaitu usia satu hari sampai dengan dua/tiga minggu, berfungsi menjaga anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan agar tetap terlindungi dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan.
Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Kandang ini biasanya menggunakan alas kawat ram. Bentuk, ukuran dan peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur.
Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
6. Pemeliharaan
a. Pemberian Pakan
Ransum (pakan) puyuh bisa berupa pallet, remah-remah dan tepung. Puyuh anakan diberi makan 2 kali sehari, pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberi ransum hanya satu kali, yaitu di pagi hari. Untuk anak puyuh sebagai bibit, pemberian minum diberikan secara terus-menerus.
b. Sanitasi dan Tindakan Preventif
kebersihan lingkungan perlu dijaga untuk menjaga timbulnya penyakit, juga perlu dilakukan vaksinasi agar puyuh tahan penyakit.
c. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi diberikan separo dosis untuk ayam pada umur 4-7 hari melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Jika terlihat gejala-gejala sakit pada puyuh, segera lakukan pemberian obat, minta bantuan petunjuk dari PPL setempat atau toko peternakan (Poultry Shoup).
d. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit sebaiknya dilakukan setiap saat. Penyakit bisa datang kapan saja. Segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus
7. Hama dan Penyakit
Ada beberapa hama dan penyakit yang mungkin sewaktu-waktu menyerang puyuh:
a. Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, kotoran berair dan mengandung asam urat, bulu kelihatan kusam, dan
mata tertutup.
Pengendalian: perbaiki tata laksana pemeliharaan dan pisahkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
b. Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mengantuk, nafsu makan berkurang, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju.
Pengendalian: perbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
c. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, lesu, mata ngantuk, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang.
Spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian:
Jaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, puyuh yang mati segera dibakar/dibuang; pisahkan ayam yang sakit, lakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
d. Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, gemetar, sulit bernafas, bulu kusam, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
e. Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum
Gejala: nafsu makan hilang, sesak nafas, kotoran berwarna putih, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
Penyakit ini menular.
f. Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk.
Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
g. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: nafsu makan kurang, bulu kusam menggigil kedinginan tinja berdarah dan mencret, sayap terkulasi.
Pengendalian:
jaga kebersihan lingkungaan, jaga litter tetap kering;
h. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus.
Gejala: timbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
8. Panen
Hasil utama ternak puyuh petelur adalah telurnya. Selama masa produksi, bisa dipanen setiap hari. Hasil tambahan berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.
----------------->sedia produk ternak: fermentasi pakan bebek, racun lalat, probiotik, dll
hp 081578729803
detail klik
Belum ada Komentar untuk "Budi Daya Puyuh"
Posting Komentar