Siapa Syaikh Albani
![]() |
Sumber gambar: Republika |
Sebelum membahas siapa syaikh Albani, perlu kita sadari bahwa kita semua sebagai muslim dipersaudarakan dalam Islam oleh Allah. Saling doakan dan tidak boleh saling caci. Tetapi, mengkritik itu boleh.
Guru Syaikh Albani
Syaikh Albani wafat pada tahun 1999, berarti 21 tahun yang lalu ya. Beliau orang Albania. Jadi, beliau bukan ulama salaf. Salaf adalah mereka yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, setelahnya (tabiin) dan setelahnya (tabiut tabiin). Jadi, syaikh Albani bukan ulama salaf.
Ada banyak fitnah yang ditujukan pada beliau, yaitu, katanya Syaikh Al bani tidak berguru. Padahal, faktanya tidak. Ayah beliau itu orang alim bermadzhab Hanafi dalam ilmu Fiqih, selain itu beliau berguru juga pada syeikh Muhammad Raghib ath Thabba, tapi kata Dr. Arrazy Hasyim* mengatakan bahwa itu hanya sanad tabarruk. Syaikh Muhammad Raghib ath Thabbakh ini seorang ahli sejarah di Aleppo, beraqidah asy'ari dan seorang sufi.
Walau hanya 2 orang, tetapi itu bukan berarti beliau tidak berguru. Beliau punya guru. Memang, kalau dibanding ulama terkenal Imam Bukhari, kalah jauh. Imam Bukhari lahir 10 tahun sebelum Imam Syafii wafat. Guru Imam Bukhari, sebagian riwayat mengatakan berjumlah 1000 ulama. Beliau murid langsung Imam Ahmad bin Hanbal (Ulama Tabiut Tabiin). Imam Abu Daud, teman Imam Bukhari katanya tidak kalah banyak jumlah gurunya.
Tetapi, menurut sumber di wikipedia, Guru Syaikh Albani lebih dari 2, berikut guru-guru beliau:
- Al-Hajj Nuh bin Adam al-Albani (ayahnya, seorang ulama Madzab Hanafiyah Albania),
- Syaikh Sa'id al-Burhaani,
- Imam Abdul Fattah,
- Syaikh Taufiq al-Barzah,
- Syaikh Muhammad Bahjat al-Baitar,
- Syaikh Muhammad Raghib at-Tabbakh
Syaikh Muhammad Raghib ath-Thabakh Guru Syaikh Albani
Syaikh yang satu ini namanya tersebar di jagat maya Indonesia. Ada yang posting lengkap tentang sanad beliau tersambung dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Tetapi, sebelum membahas guru-guru/sanad Syaikh Muhammad Raghib Ath Thabakh yang tersambung dengan Rasulullah, kita perlu mengetahui hubungan beliau dengan Syaikh Nashiruddin Albani. Tetapi, belum saya dapatkan info juga murid-murid Syaikh Muhammad Raghib Ath Thabakh selain Syaikh Albani. Sebagai seorang ulama hebat, tentu ada kan teman seperguruan, murid-murid hebatnya yang menjadi kawan-kawan Syaikh Albani.
Dr. Arrazy Hasyim mengatakan bahwa sanak yang didapat hanya sanad tabaruk dan itu tidak memenuhi syarat dalam ilmu hadits. Tetapi, ada sumber lain yang saya dapatkan di facebook dengan akun bernama Pustaka as Surianjiyyah, berikut penjelasannya:
Tsabat Syaikh al-Mu'arikh Muhammad Raghib ath-Thabakh rahimahullahu, "al-Anwar al-Jaliyah fi Mukhtashar al-Atsbat al-Halabiyah".
663 Hal
------------------------------
Penulisnya adalah guru ijazah bagi Syaikh al-Muhadits Muhammad Nashruddin al-Albani rahimahullahu. Seorang mujiz kami, Syaikh Ahmad alu Ibrahim al-‘Anqori hafizahullahu, menuturkan bahwa Syaikh Zuhair asy-Syawisy rahimahullahu mengatakan kepadanya, bahwa beliau menyaksikan langsung pengijazahan itu bersama Ustadz Muhammad ath-Thayib, peristiwa itu terjadi ditahun 1365 H. Waktu itu Syaikh ath-Thabakh memberikan kepada Syaikh al-Albani tsabatnya ini.
Sebagaimana diisyaratkan pula oleh Syaikh al-Albani sendiri dalam kitabnya Shahih Sunan Abu Dawud (5/253-254), setelah menyebutkan hadits Musalsal bil Mahabah yang terkenal itu,
وقد أجازني بروايته الشيخ الفاضل راغب الطباخ رحمه الله
”Dan sungguh telah memberikan ijazah kepadaku untuk riwayat hadits musalsal ini Syaikh al-Fadhil Raghib at-Thabakh rahimahullahu...”.
Selain info ijazah ammah sebelumnya, pernyataan al-Albani ini juga mengisyaratkan kalau Syaikh ath-Thabakh mengijazahi pula al-Albani secara khusus Musalsal bil Mahabah (musalsal pernyataan cinta). Musalsal yang mengharuskan seorang guru menyatakan cintanya kepada muridnya, dan terus begitu ditiap thabaqahnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tsabat ini telah dicetak dengan tahqiq Syaikh Abdussattar Abu Ghudah dan Syaikh Muhammad Ibrahim al-Husain. Tsabat ini sebenarnya kumpulan dari tiga tsabat milik tiga ulama Halab di abad ke-12 H, yaitu Syaikh Yusuf bin Husain al-Halabi, Syaikh Abdul Karim asy-Syarabati dan Syaikh Abdurrahman bin Abdullah al-Ba’aliy. Dengan tambahan ijazah-ijazah Syaikh Thabakh dari guru-gurunya.
Syaikh ath-Thabakh sebagaimana dalam tsabatnya meriwayatkan dari 15 Syaikh, kemudian dikatakan ada tambahan lain bagi guru riwayat beliau sebagaimana disebutkan dalam al-Imdad.
Kami akan sebutkan 7 orang diantara Syaikhnya itu:
1. Thahir ibn Shalih Al-Jazairi as-Salafi,
2. Badruddin al-Hasani ad-Dimasyqi (guru al-Albani juga)
3. Muhammad Jafar Al-Katani,
4. Abdul Hayy Al-Katani,
5. Abdus Sattar bin Abdul Wahab Ash-Shadiqi as-Salafi,
6. Abu Bakar Muhammad Arif Khuwaqir as-Salafi
7. Abdul Hafizh al-Fasi as-Salafi,
=====
Kami hanya memiliki 2 kitab tsabat ini, rasa-rasanya yang akan kami jual hanya 1 saja, silahkan dipesan.
Berikut gambar kitab yang dimaksud:
Sanad Lengkap Syaikh Nashiruddin Albani
*GURU-GURU DAN SANAD SYEIKH AL-ALBANI*Membantah, "Syaikh al-Albani tidak memiliki guru dan sanad sampai kepada Nabi Muhammad ﷺ".Ana ambil satu sanad yg cukup bagus yaitu kepada Syaikh Muhammad Ath-Thabakh.Syaikh al-Albani meriwayatkan dari Syaikh Muhammad Raghib Ath-Thabakh (Ahli Tarikh, Musnid Halab pda zamannya, dosen hadits & Ushul hadits) dngn Ijazah 'ammah utk semua riwayat.Berikut Sanad Hadits dan keilmuan Syaikh al-Albani yang muttasil (bersambung) sampai kepada Rasulullah ﷺ.1. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani2. Syaikh Muhammad Raghib Ath-Thabakh3. Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir Al-Hanbali (w. 1349 H)4. Muhadits as-Salafi Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa An-Najdi (w. 1329 H)5. al-Allamah al-Mujadid ats-Tsani Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab (w. 1285 H) – penulis kitab Fathul Majid.6. Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab7. Abdullah bin Ibrahim al-Madini8. Mufti Hanabilah Abdulqadir Ath-Taghlabi9. Abdul Baqi bin Abdul Baqi Al-Hanbali10. Ahmad bin Muflih Al-Wafai11. Musa bin Ahmad Al-Hajawi –penulis al-Iqna’12. Ahmad bin Muhammad al-Maqdisi13. Ahmad bin Abdullah Al-Askari14. Ala’uddin al-Mardawi –penulis al-Inshaf.15. Ibrahim bin Qundus al-Ba’ali16. Ibnul al-Lahm17. Ibnu Rajab al-Hanbali18. Ibnul Qayyim al-Jauziyah19. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah20. Syaikhul Islam Abdurrahman Ibn Qudamah21. Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Qudamah –penulis al-Mughni.22. Al-Imam Abi al-Fatah bin al-Minni23. Al-Imam Abu Bakr Ahmad ad-Dainuri24. Al-Imam Abi al-Khathab Mahfudz bin Ahmad al-Kalwadzani25. Al-Qadhi Abi Ya’la Ibn al-Fara’26. Al-Imam Abi Abdullah al-Husein bin Haamad27. Al-Imam Abu Bakar Abdul Aziz al-Khallal28. Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal29. Imam Ahmad bin Hanbal30. Imam Asy-Syafi’i31. Malik bin Anas32. Nafi’33. Ibnu Umar34. Nabi Muḥammad Rasūlillah ﷺ.Untuk keterangan lebih lengkap silahkan lihat, _*"Sanad al-Imam Nashiruddin al-Albani Rahimahullah"*_ Karya ustadz Abu Abdillah Rikrik Aulia Rahman as-Surianji (Ahli Sanad). Beliau telah mengumpulkan guru dan sanad² Syaikh Al-Albani Rahimahullah Ta'ala. Juga dalam karyanya yg lain, beliau mengumpulkan sanad² hadits dan keilmuan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah Rahimahullah, serta sanad² ulama lainnya. Hal ini sekaligus membantah sebagian kalangan yg menganggap bahwa Salafy tdk berguru/bersanad.
Lengkap sekali ya. Dari Syaikh Muhammad Raghib ath Thabakh ke atas, mungkin tak banyak masalah. Saya belum mendapatkan detail biografi Syaikh Muhammad Raghib ath Tabakh.
Tentang Syaikh Ibnul Qayyim al-Jauziyah dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ini ada kasus lain jika dijadikan sanad Syaikh Albani. Dr. Arrazy Hasyim* mengatakan Syekh Ahmad Darwis orang Mesir, murid syekh abdul Aziz al ghomari, kata beliau bahwa Kitab karya Ibnu Taymiyyah yang dekat/mirip dengan ASWAJA adalah Kitab Al-Aqidah Al-Waasitiyyah, hanya ada beda 3 hal dengan kitab ASWAJA. Saya masih belum tahu banyak tentang kitab yang dimaksud tersebut.
Banyak dikisahkan juga bahwa 2 ulama tersebut juga mengerjakan amalan sufi. Memang ada salafi yang menyangkal, katanya beliau berdua sudah taubat dari kesufian. Komentar seperti ini juga banyak disampaikan ketika mereka menyangkal kesalahan yang dilakukan oleh Syaikh Albani. Katanya khilaf. Masak murid-muridnya di zaman beliau tidak ada yang menyampaikan kalau memang khilaf?
Komentar Habib Munzir Almusawa tentang Syaikh Albani
Setiap ulama di tiap zamn itu selalu ada pengkritik/kritikusnya. Itu biasa. Hanya kelompok salafi saja yang jika beda pemahaman, langsung difonis sesat. Berikut kutipan komentar Habib Munzir:
Saudaraku yg kumuliakan,
Beliau itu bukan Muhaddits, karena Muhaddits adalah orang yg mengumpulkan hadits dan menerima hadits dari para periwayat hadits, Albani tidak hidup di masa itu, ia hanya menukil nukil dari sisa buku buku hadits yg ada masa kini, kita bisa lihat Imam Ahmad bin Hanbal yg hafal 1.000.000 hadits (1 juta hadits), berikut sanad dan hukum matannya, hingga digelari Huffadhudduniya (salah seorang yg paling banyak hafalan haditsnya di dunia), (rujuk Tadzkiratul Huffadh dan siyar a'lamunnubala) dan beliau tak sempat menulis semua hadits itu, beliua hanya sempat menulis sekitar 20.000 hadits saja, maka 980.000 hadits lainnya sirna ditelan zaman.
Dari potongan penjelasan ini, sepertinya orang salafi memang memiliki definisi muhaddits yang berbeda dengan Habib Munzir. Orang salafi lebih percaya pada teks tertulis dibanding ulama, bahkan ulama salaf sekalipun. Katanya Imam madzhab dari kalangan salaf itu hanya manusia biasa dan mungkin salah. Padahal, imam madzhab itu tidak sempat menulis semua hadits yang dihafalnya. Saya sendiri, jika Syaikh Albani mengkritik imam madzhab, tentu saya lebih baik mengabaikan otak Syaikh Albani, meskipun beliau orang berilmu. Andai Imam madzhab itu masih hidup, tentu banyak koreksi terhadap Syaikh Albani ini.
Imam Bukhari hafal 600.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya dimasa mudanya, namun beliau hanya sempat menulis sekitar 7.000 hadits saja pada shahih Bukhari dan beberapa kitab hadits kecil lainnya, dan 593.000 hadits lainnya sirna ditelan zaman, demikian para Muhaddits-muhaddits besar lainnya, seperti Imam Nasai, Imam Tirmidziy, Imam Abu Dawud, Imam Muslim, Imam Ibn Majah, Imam Syafii, Imam Malik dan ratusan Muhaddits lainnya.
Muhaddits adalah orang yg berjumpa langsung dg perawi hadits, bukan jumpa dg buku buku, Albani hanya jumpa dg sisa sisa buku hadits yg ada masa kini.
Di sini yang sangat berbeda: bertemu langsung dengan sekedar baca teks tulisan itu pasti berbeda. Mungkin tidak salah orang yang memberi label pada kelompok salafi dengan label kaum tekstualis.
Albani bukan pula Hujjatul Islam, yaitu gelar bagi yg telah hafal 300.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya, bagaimana ia mau hafal 300.000 hadits, sedangkan masa kini jika semua buku hadits yg tercetak itu dikumpulkan maka hanya mencapai kurang dari 100.000 hadits.
AL Imam Nawawi itu adalah Hujjatul islam, demikian pula Imam Ghazali, dan banyak Imam Imam Lainnya.
Albani bukan pula Alhafidh, ia tak hafal 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya, karena ia banyak menusuk fatwa para Muhadditsin, menunjukkkan ketidak fahamannya akan hadits hadits tsb.
Abani bukan pula Almusnid, yaitu pakar hadits yg menyimpan banyak sanad hadits yg sampai ada sanadnya masa kini, yaitu dari dirinya, dari gurunya, dari gurunya, demikian hingga para Muhadditsin dan Rasul saw, orang yg banyak menyimpan sanad seperti ini digelari Al Musnid, sedangkan Albani tak punya satupun sanad hadits yg muttashil.
Berkata para Muhadditsin, "Tiada ilmu tanpa sanad" maksudnya semua ilmu hadits, fiqih, tauhid, alqur;an, mestilah ada jalur gurunya kepada Rasulullah saw, atau kepada sahabat, atau kepada Tabiin, atau kepada para Imam Imam, maka jika ada seorang mengaku pakar hadits dan berfatwa namun ia tak punya sanad guru, maka fatwanya mardud (tertolak), dan ucapannya dhoif, dan tak bisa dijadikan dalil untuk diikuti, karena sanadnya Maqtu'.
Apa pendapat anda dengan seorang manusia muncul di abad ini lalu menukil nukil sisa sisa hadits yg tidak mencapai 10% dari hadits yg ada dimasa itu, lalu berfatwa ini dhoif, itu dhoif.
Saya sebenarnya tak suka bicara mengenai ini, namun saya memilih mengungkapnya ketimbang hancurnya ummat karena tipuan seorang tong kosong. (sumber)
Dari beberapa penjelasan, sepertinya salafi memang memiliki konsep agama yang berbeda. Mereka bilang ikut ulama salaf, tapi ulama hadits yang mereka ikuti justru mengkritik muhaddits/imam hadits dari kalangan salaf, juga mengkritik imam madzhab fiqih, apalagi Imam madzhab aqidah, keras sekali mereka menyesatkan. Padahal, Imam-imam tersebut hidup di zaman salaf. Seharusnya, jika ingin ikut manhaj salaf, ikut mereka, bukan menyalahkan mereka.
Kitab Karya Syaikh Albani
Karya syaikh Albani lumayan banyak. Setiap ulama pasti ada yang mengkritiknya. Itu biasa. Tidak ada manusia yang sempurna. Pun juga karya-karya syaikh Albani, tidak mungkin tanpa cacat. Ulama salaf saja mungkin salah, apalagi Syaikh Albani yang bukan ulama salaf.
Salah satu contoh karya beliau yang banyak dikritik, yaitu berjudul Sifat Shalat Nabi. Sebenarnya Syaikh Ibnu Taymiyyah juga menulis kitab serupa. Jadi, karya beliau yang ini bukan hal baru. Kritikan terhadap kitab tersebut adalah, kitab tersebut dianggap seolah-olah menyalahkan cara sholat semua ulama yang berbeda dengan yang dijelaskan di kitab tersebut. Padahal, dalam urusan fiqih, beda itu biasa, yang penting ilmiah, tidak keluar dari prinsip ilmiahnya ilmu fiqih.
Orang awam membaca judul kitab tersebut bisa langsung berburuk sangka. Mungkin sekali mereka beranggapan ini yang benar, dan otomatis menyalahkan yang berbeda. Dan ini sudah terjadi. Umat yang dulunya tenang beribadah, berubah, sibuk berdebat. Bahkan sampai saling caci. Astaghfirullah.
Berikut beberapa karya Syaikh Albani:
Shahih & Dha'if Jami' ash-Shaghir wa Ziyadat ihi, kedua kitab ini berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan as-Suyuthi lalu syekh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadis dengan hukum yang sesuai, apakah sahih ataukah daif. Tercatat, yang sahih berjumlah 8.202 hadis dan yang tidak shahih berjumlah 6.452 hadis.
Shahih Sunan Abu Dawud dan Dhaif Sunan Abu Dawud, kedua kitab ini berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Imam Abu Dawud lalu syekh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadis dengan hukum yang sesuai, apakah sahih ataukah daif atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 5.274 buah.
Shahih Sunan at-Tirmidzi dan Dhaif Sunan at-Tirmidzi, kedua kitab ini berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Imam Tirmidzi lalu syekh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadis dengan hukum yang sesuai, apakah sahih ataukah daif atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 3.956 buah.
Shahih Sunan an-Nasa'i dan Dhaif Sunan an-Nasa'i, kedua kitab ini berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Imam Nasai lalu syekh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadis dengan hukum yang sesuai, apakah sahih ataukah daif atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 5.774 buah.
Shahih Sunan Ibnu Majah dan Dhaif Sunan Ibnu Majah, kedua kitab ini berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Imam Ibnu Majah lalu Syaikh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadis dengan hukum yang sesuai, apakah sahih ataukah daif atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 4.341 buah.
(sumber wikipedia)
Dr. Arrazy Hasyim dalam ceramahnya* mengatakan:
Sykh Albani menulis shahih Abu Daud. Padahal Imam Abu Daud murid Imam Ahmad, teman Imam Bukhari.
Jadi, Imam Abu Daud sudah terlebih dahulu menshahihkannya, dan lebih kompeten
Imam Abu Daud ditanya oleh orang Mekkah, "Apakah isi kitabmu shahih?"
"Jika aku diam tidak memberi komentar, berarti haditsnya bagus. Jika bermasalah, aku jelaskan," jawab Imam Abu Daud.
Jadi, tidak perlu dijelaskan oleh Syeikh Albani mana yang shahih dan yang tidak.
Logis juga kritikannya. Imam Abu Daud murid Imam Ahmad, ulama salaf. Jika kita ikut manhaj salaf, ikut siapa? Ikut imam Abu Daud kan?
Syekh Albani mendhaifkan 2 hadits Imam Bukhori
Saling mengkritik itu biasa. Tetapi, mengatakan ikut manhaj salaf, tapi ikut Syaikh Albani, itu kebohongan.
Kritikan Terhadap Syaikh Albani
Kritikan terhdap Syaikh Albani juga banyak. Tetapi, itu bukan berarti beliau selalu salah. Pasti ada baiknya. Berikut beberapa kritikan terhadap beliau:
Seringkali Albani menilai shahih sebuah hadis, dari sisi sanadnya saja, tidak mengkaji lebih detail terkait illat atau cacat yang tersembunyi baik dalam redaksi ataupun jejaring sanadnya.
Sedangkan Syekh Abd al-Aziz at-Tharifi menaruh hormat dan mengapresiasi ikhtiar Syekh Albani. Dia menegaskan, seperti halnya ulama lainnya, pendapat dan hasil kesimpulan Albani menyangkut hadis tertentu, tidak bersifat mutlak. Boleh dipakai sebagai rujukan, atau ditingalkan sama sekali.
Sudut pandang Albani terkait hadis memang dianggap kontroversial. Dia mendapat kritikan lantaran terlalu fleksibel. Di antaranya menilai shahih hadis hanya kejamakan riwayat sekalipun lemah, dan terlalu toleran menyimpulkan hasan terhadap beberapa nama perawi yang terkanal lemah.
Di sisi lain, Albani dianggap terlampau ekstrem menjatuhkan vonis lemah atas sejumlah hadis. Misalnya saja, Albani dinyatakan ekstrem menolak sama sekali riwayat perawi yang divonis manipulatif terhadap riwayat tadlis atau riwayat yang terputus munqathi’sekalipun, padahal ternyata ada indikator penguat hadis tersebut yang tidak terungkap di mata Albani. (Sumber: Republika)
Belum ada Komentar untuk "Siapa Syaikh Albani"
Posting Komentar