Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Menikah Itu Untuk Bekerja Sama Dalam Hidup Saja

______________
______________

Menikah Itu Untuk Bekerja Sama Dalam Hidup Saja

Pagi ini Dony sarapannya agak siang. Hari minggu agak malas-malasan paginya. Seperti bisa ia makan di warung Barokah, warung sederhana di gang Mangga. "Kok siang, Mas?" tanya Vany. Bukan nanya, sebenarnya hanya basa-basi, namanya juga pedagang, harus ramah sama pelanggan. Ia meletakkan HPnya, disamping buka warung, ia juga jualan online, tapi dropship aja. 

"Iya..., masih ada kan?"

"Masih, tapi lauknya sisa telur sama tempe."

Dony tidak terlalu ribet urusan makanan, pokoknya kenyang beres. Ia duduk menghadap ke halaman. Angin berdesir, pohonan yang rindang di depan warung menambah sejuknya suasana. Dony memandangi Vany yang sedang menyiapkan makan untuknya. Tiap hari sebenarnya makan di situ, cuma karena sibuk, tak sempat memperhatikan lingkungan sekitar. Seakan ia seperti robot yang hanya berangkat kerja, kerja, pulang kerja, makan, tidur.

"Mbak Vany tidak pernah pulang kampung?" tanyanya, agak rilex rasanya hari ini.

"Tidak, Mas," jawab Vany sambil menuangkan sayur, tidak menoleh ke Dony. "Lagian di rumah tidak ada siap-siap, Mas. Aldi ada di pondok."

"Punya anak berapa, Mbak?"

"Satu, Tsanawiyah sekarang di pondok."

"Suami mbak?"

"Udah pisah, udah lama. Udah dua belas tahunan. Nikah lagi dia." Ia menyodorkan makanannya ke Dony

"Mondok dimana, Mbak?"

"Di Pasuruan, Jawa Timur."

"Kok jauh?"

"Saya dulu di sana."

"Tidak mau nikah lagi, Mbak?"

"Yaa... pingin sih..."

"Sama saya mau, Mbak?" santai saja Dony menanyakannya.

Vany tertawa. "Alah...!! Sampeyan mana mau sama saya?" Vany mengira Dony becanda. Mungkin karena dia orang sukses sedang dirinya hanya penjual nasi.

"Mbak seorang santri, paham agama, mandiri, paham bagaimana liku-liku hidup. Kepribadian mbak sudah terbangun."

"Sampeyan ini...."

Dony baru saja sukses. Hidupnya dulu juga susah. Berkat kerja kersnya, akhirnya terbayar juga. Banyak sebenarnya yang menawarkan calon pendamping padanya, tapi menurutnya gadis kota terlalu lebay dan manja. Itu menurut dia. Dia terbiasa dengan kehidupan di kampung, hidup keras. Pikirnya, orang kota terlalu ribet hidupnya, makan harus begini, harus begitu, pakaian juga begitu. Di desa, asal makan, asal pakai, asal tidur, beres.

"Saya serius, Mbak. Ayo, saya ke rumah sampeyan."

Vany tampak bingung. Dia belum percaya. Selama ini sikp Dony memang biasa-biasa aja.

Lama Dony tidak memandang wanita, terlalu sibuk kerja dan bisnis. Kali ini dia sempatkan memandangi Vany, rasanya seperti di surga bersama bidadari. Setiap hari ia melihat Vany, tapi kali ini beda, tubuh itu menjadi sangat indah, wajahnya, bibirnya, semuanya.

"Hari ini bisa, Mbak?"

"Kok mendadak gitu sih? Mas Dony serius?"

"Iya."

Vany menghela nafas dalam. Dia tampak bingung.

Baca juga: Wanita Cantik di Warung Bambu

***

Orang tua Vany langsung memanggil Pak Kyai. "Langsung akad saja, urusan ke KUA, bisa belakangan," kata ayahnya Vany.

Pikir Dony, memang benar-benar gaya kampung nih. Tidak usah ribet-ribet. Pas  banget pikirnya, hari sudah sore, berarti sebentar lagi sudah malam pertama. Sayangnya ada yang terlupa. Ia pernah dapat tips dari temannya agar minum rebusan akar putri malu buat persiapan malam pertamanya. Tapi, udah terlambat. Udah tidak ada waktu.

Jam 20:50 kerabat dan tetangga pada pulang. Mungkin mereka paham kalau kedua pengantin ingin segera masuk kamar. Dony juga agak canggung, meskipun dirinya juga orang kampung, tapi kan di rumah mertua. "Sana sudah, kalau mau tidur," kata ibunya Vany. Vany tersenyum. "Sana sudah tidur," tambah ayahnya. Kedua orang tua Vany tidur di kamar sebelah dalam, berjajar dengan kamar Vany. Mereka pun segera masuk kamur biar Dony tidak sungkan yang mau masuk kamar.

Vany menutup gorden depan. Wah, rasanya, dada Dony mulai terasa hangat. Tak disangka malam ini ia berada dalam satu ruangan dengan bidadari. "Ayo," kata Vany mengajak Dony ke kamar. Dony berjalan di belakang Vany menuju kamarnya. dipandanginya tubuh istrinya. Begitu masuk ke kamar, Dony langsung mengunci pintunya.

Vany duduk di tepi ranjang memandangi Dony. Setiap hari bertemu, tanpa rasa, tak ada angin, tak ada ombak tiba-tiba jadi suami istri. Bagi Dony, Vany sangat cantik. Dulu ia tidak pernah memperhatikannya. Sekarang, ditatapnya detail tubuh Vany, bibirnya, matanya, pipinya, tubuhnya seksi. Ia  pun mendekati Vany. Vany tersenyum. "Mau ngapain?" tanyanya pada Dony.

Dony tersenyum. Ia berlutut di lantai, memegang kedua tangan Vany, diciumnya. Ditariknya kedua tangan Vany, didorongnya dan ia rebahkan tubuhnya di ranjang.

Menikah Itu Untuk Bekerja Sama Dalam Hidup Saja

***

Sekitar jam 11 malam Vany terbangun. Ia lihat Dony lelap tidur. Perlahan ia turun dari ranjang. Rupanya Dony terbangun. "Mau kemana?" tanyanya.

"Ke kamar mandi. Pipis."

Rupanya Dony juga mau ke kamar mandi. kamar mandinya ada di belakang rumah. Angin sepoi bertiup. Bulannya terang sekali diantara bintang. Vany dulun. Dony menikmati pemandangan langit.  Indah sekali malam ini. Tadi pagi ia bangun tidur, tidak ada pikiran kalau malam ini akan menjadi malm pertamanya. Singkat sekali ceritanya, malam yang sejak dahulu kala sering jadi bahan obrolan asyik bersama sesama jomblo itu, baru saja ia jalani. Bahkan masih berlangsung.

Vany keluar dari kamar mandi. Ditatapnya oleh Dony. Wajah cantik, tubuh seksi itu sudah halal untuknya. "Kenapa, gitu lihatnya?" kata Vany. Dony tersenyum.

Usai pipis keduanya ke kamar lagi. Langsung ia kunci kamarnya. Keduanya duduk di tepi ranjang. Dony menatapnya sambil tersenyum. Vany merasa gemes, ia cubit pipi Dony, "Iiiiiiiiihh....!!" Dony tertawa. Diciumnya pipi kiri Vany, lamaaaa ia tempelkan, sampai didorong oleh Vany.

"Gimana tadi?" tanya Dony.

Vany tertawa. "Apanya?"

Di luar sepi sekali. Jam segini orang sudah pada tidur. Orang tuanya pun juga lagi lelap tidur. Malam belum separuh dilalui. Malam pertama mereka masih tersisa separuh. Masih lumayan lama.

***

Pagi-pagi sekali, saat nungguin Vany selesai mandi, Dony mencuci perabot yang bertumpuk di dekat sumur. Ibunya Vany kaget melihatnya. "Loh, kok sampeyan yang nyuci?!" katanya.

Dony sempat kaget, "Tidak apa-apa, Bu. Lagi tidak ada kerjaan."

"MasyaAllah," katanya. "Itu pekerjaan perempuan."

Hatinya senang sebenarnya, punya menantu kaya tapi mau mengerjakan pekerjaan rumah seperti itu. Jarang-karang ada pria seperti itu. Ayah Vany aja belum pernah nyentuh pekerjaan dapur. Semuanya, ibunya yang ngerjakan. Beruntungnya si Vany, dapat suami perjaka, baik lagi.

Habis mandi Dony nungguin Vany berdandang di kamar. Dari dulu tiap hari ia melihatnya karena di warungnya Vany dia sarapan, kadang makan malam juga di situ. Tetapi, pikirannya memang terlalu fokus pada pekerjaan dan bisnis. Jadi tidak sempat melihat bidadari secantik ini. Dipandanginya tubuh yang indah itu. Usai dandan, sebelum keluar untuk sarapan, ia sempatkan memeluk Vany dan menciumnya. Agak maksa. "Iiiihh... apan sih?" Sekali lagi ia kecup pipi kanan Vany.


Belum ada Komentar untuk "Menikah Itu Untuk Bekerja Sama Dalam Hidup Saja"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel