Janda Cantik dengan Mahar Termulia

Topik tentang janda ini banyak diminati, terutama bagi pria pemuja cinta. Apalagi jandanya cantik dan masih muda alias janda kembang. Hmm... Tetapi, janda yang ini beda. Janda dalam cerita ini kedudukannya mulia dalam islam. Ia adalah Ummu Sulaim, seorang Sahabiyah, sahabat Nabi dari kalangan kaum hawa. Katanya, beliau ini ketika menjadi janda, langsung menjadi incaran kaum adam di Arab sana, di Madinah ya, tepatnya.
Dari referensi yang saya baca, Ummu Sulaim ini digambarkan sebagai sosok wanita cantik. Sangat sesuai dengan selera cowok-cowok Arab zaman itu lah ya. Dia juga cerdas dan pandai bergaul. Istilah jaman sekarangnya itu supel. Akhlaknya juga baik, tentu saja banyak yang suka. Dia juga dikenal sebagai wanita yang penyayang pada suami dan setia. Wah, mungkin jaman itu ada juga yang suka selingkuh.
Namanya cukup panjang, orang Arab memang unik namanya, bahkan kadang yang terkenal itu justru nama panggilannya, bukan nama aslinya. Ummu Sulaim sendiri, ada yang menyebutnya Ghumaisho', katanya ini nama aslinya, ada yang bilang Rumailah, Rumaitsah, Ghumaisah, Rumaisha. Banyak ya, tapi mirip-mirip. Lengkapnya Ghumaisho' binti Milhan ada juga yang bilang Rumaisho' binti Milhan. Jadi Ummu Sulaim itu adalah nama panggilannya alias kunyahnya. Ada yang menyandingkan nama pangilannya dengan nama berikutnya, seperti ini Ummu Sulaim binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram. Yah...! itulah sekilas tentang nama beliau. Beliau dari kaum Anshar, dari Qabilah An Najjar.
Ada riwayat Imam Muslim terkait Ummu Sulaim, berikut haditsnya:
Ketika aku memasuki surga, aku mendengar suara langkah kaki, lalu aku bertanya: "Siapa itu?" Malaikat menjawab: "Itu Ghumaisho' binti Milhan, ibunda Anas bin Malik." (HR Muslim: 4494)
Ketika islam datang, Ummu Sulaim menerima agama ini dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Suatu ketika, ketika Rasulullah datang, Ummu Sulaim yang pada waktu itu berstatus janda miskin merasa iri, istilahnya mempunyai ghibtoh, iri melihat orang lain berbuat baik. Sebab orang-orang Madinah pada berlomba memberi hadiah sebagai ucapan selamat datang, sedang ia tidak punya apa-apa. Akhirnya ia teringat anak laki-lakinya, Anas. Ia pun menemui Rasulullah dan memberikan anaknya untuk menjadi pelayan Rasulullah. Ia menyampaikan bahwa hanya anak laki-laki tersebut yang bisa ia berikan, krena tidak ada harta.
Anas sudah masuk islam sejak masih kecil. Ia ditalqin oleh Rasulullah dua kalimat syahadat. Waktu itu, ayahnya, Malik bin Nadhor, marah. Ia menganggap Ummu Sulaim merusak anaknya dengan menjadikannya seorang Muslim. "Justru aku menyelamatkannya," sanggah Ummu Sulaim. Namun keduanya tetap hidup berumah tangga walau beda agama.
Suatu ketika Malik bin Nadhor pergi ke Syam. Rupanya di sana ia bertemu musuhnya dan berkelahi. Ia kalah dan mati terbunuh. Kabar ini sampai ke Ummu Sulaim. Ummu sulaim tetap menyusui Anas dan berniat untuk tidak menikah lagi hingga Anas dewasa. Wah, begitulah perempuan. Sayangnya sama anak. Coba, laki-laki, pagi jadi duda, paling sore udah nemu calon pengganti. Hehe... Tidak semua begitu ya. Canda aja.
Ketika Ummu Sulaim menyerahkan Anas untuk menjadi pembantu Rasulullah, saat itu Anas berumur 10 tahun. Rasulullah memandangi Anas dengan kasih sayang dan kelembutan sambil mengelus-elus rambutnya. Rasulullah tampak senang.
Nah, setelah ditinggal suaminya, Ummu Sulaim pun menjadi janda, kata orang sekarang janda kembang karena masih muda, anaknya baru satu. Masih sangat muda kan. Nah, tentu saja kaum adam di Madinah pada mengincarnya, tetapi ada yang tercepat, yaitu seorang bangsawan kaya bernama Abu Tholhah (Zaid bin Sahal). Ia yakin sekali tidak akan ditolak karena hartanya banyak. Umumnya kan cewek begitu, pikirnya. Apalagi, ia juga dikenal sebagai seorang ksatria yang ahli panah. Seorang jagoan nih. Keren pokoknya.
Setibanya di rumah Ummu Sulaim, ia disambut olehnya yang sedang bersama anaknya, Anas. Abu Tholhah pun langsung menyampaikan hajatnya. Tembak langsung aja. Rupanya jawaban Ummu Sulaim di luar dugaannya. "Orang sepertimu tak mungkin ditolak, hanya saja aku tidak boleh menikah dengan orang kafir." Dunia akhirat lebih indah ya kawan.
Abu Tholhah kaget, itu tidak biasa. Ia mengira itu hanya alibi, mungkin sudah ada pria lain yang mendahului. "Apa alasanmu menolak lamaranku? Apa kamu ingin emas dan perak?"
"Emas dan perak?"
"Benar"
"Sama sekali bukan karena itu," kata Ummu Sulaim. "Demi Allah, jika engkau mau masuk islam, maka aku akan rela menjadi istrimu, dan keislamanmu menjadi mahar bagiku."
Wow, luar biasa. Bayangin jika kalian sebagai cowok, berada di hadapan cewek cantik, meskipun sudah janda kalau cantiknya MaashaaAllah, dan dia bilang mau jadi istri hanya dengan satu syarat. Hmm... Rupanya Abu Tholhah masih mengingat tuhan-tuhan yang terbuat dari kayu yang selama ini ia sembah.
"Wahai, Abu Tholhah, apakah engkau tidak tahu bahwa ilah (Tuhan) yang engkau sembah selain Allah itu hanya kayu yang tumbuh dari bumi?"
"Benar."
"Apa engkau tidak malu menyembah kayu, sedang orang lain menjadikannya kayu bakar untuk menghangatkan badan dan memasak roti?" kata Ummu Sulaim. "Wahai, Abu Tholhah, jika engkau masuk islam, aku mau jadi istrimu dan aku tak butuh mahar selain keislamanmu."
Rupanya harta dan keperkasaannya tidak begitu berarti di mata Ummu Sulaim. Abu Tholhah keliru. Emas dan perak yang ia tawarkan tak diminati oleh hati wanita pujaannya itu. "Bagaiman caranya?" tanyanya kemudian. Yah...! dari pada tidak mendapatkan hati sang pujaan hati. Tetapi, tentu ini sudah skenario Allah ya. Allah yang memberi hidayah lewat Ummu Sulaim.
"Dengan mengucapkan asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammad rasulullah," kata Ummu Sulaim.
Rupanya Abu Tholhah tidak begitu fanatik pada agama yang dianutny. Abu Tholhah pun masuk islam dan ia dapatkan wanita pujaan hatinya.
***
Tsabit, seorang perawi hadits berkata, dari Anas RA, "Tidak aku mendengar ada seorang wanita lebih mulia maharnya dari pada Ummu Sulaim yang maharnya adalah al Islam."
Ummu Sulaim cukup dekat dengan Rasulullah. Apalagi anaknya menjadi pembantu beliau. Sering Rasulullah berkunjung ke rumahnya. Beliau merasa kasihan karena saudaranya terbunuh bersama Rasulullah, yaitu Harom bin Milhan yang terbunuh di sumur Ma'unah. Pernah suatu ketika Rasulullah berkunjung dan mendapati anak hasil pernikahannya dengan Abu Tholhah yang bergelar Abu Umair sedang bersedih. Walau dia hanyalah seorang anak kecil, Rasulullah pun bertanya pada Ummu Sulaim kenapa ia bersedih. "Burungnya yang bernama Nughoir mati," jelas Ummu Sulaim.
"Wahai Abu Umair, apa yang terjadi pada Nughoir?" tanya Rasulullah.
Begitulah Rasulullah, teladan bagi kita, walau seorang pemimpin, mau ngobrol dengan anak kecil.
Beberapa waktu setelah Abu Umair jatuh sakit dan meninggal. Ayahnya, Abu Tholhah sedang tidak di rumah. Ummu Sulaim memandikan jasadnya, mengkafaninya, menutupnya dengan kain. Ia berpesan kepada keluarganya agar tidak memberi tahu suaminya, "Aku sendiri yang akan mengabarinya"
Ketika Abu Tholhah pulang, Ummu Sulaim berdandan memakai wewangian. Tampil cantik di depan suami. Lalu menghidangkan makan malam. Setelah makan Abu Tholhah menanyakan kabar anaknya. "Ia sekarang telah tenang," jawab Ummu Sulaim. Lalau keduanya bercinta. Setelah selesai, Ummu Sulaim bertanya, "Wahai Abu Tholhah, bagimana pendapatmu jika satu keluarga dipinjami sebuah titipan, lalu pemiliknya memintanya, apa mereka harus mengembalikannnya atau mempertahankannya?"
"Mereka harus menembalikannya," jawabnya.
"Abu Umair telah meninggal, maka bersabarlah"
Abu Tholhah marah medengarnya dan menghadap Rasulullah menceritakan semuanya. "Semoga Allah memberkahi malam kalian," kata Rasulullah.
Tak lama setelah itu Ummu Sulaim hamil lagi dan melahirkan anak laki-laki. Anas membawanya pada Rasulullah, beliau mentahniknya dengan kurma. Bayi itu mengulum dengan lahapnya. "Perhatikan bagaimana sukanya kaum Anshar terhadap kurma." Anak itu diberi nama Abdullah. Tidak ada generasi Anshar yang lebih bagus darinya. Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Tholhah memiliki 7 anak laki-laki dan hafal Quran semua. Luar biasa.
Sebagai seorang perempuan, Ummu Sulaim juga tergolong pemberani. Saat terjadi perang Hunain, Ummu Sulaim keluar membawa pisau. Abu Tholhah melaporkannya pada Rasulullah, "Wahai, Rasulullah, Ummu Sulaim membawa belati."
"Wahai Rasulullah, aku membawanya agar bila ada orang musyrik, aku akan merobek perutnya."
"Semoga Allah meridhoi Ummu Sulaim, Ghumaishho' binti Milhan"
Belum ada Komentar untuk "Janda Cantik dengan Mahar Termulia"
Posting Komentar