Featured post

Ketika Wanita Pendosa Iri Pada Muslimah Taat

Cukup menarik. Saya perlu menuliskannya web ini. Tidak sengaja saya menemukan video ini disarankan YouTube. Bisa ditonton selengkapnya di Yo...

Foto Wanita Cantik di Facebook

______________
______________

Foto Wanita Cantik di Facebook

Setiap hari fotonya tampil di beranda Facebook. Kadang foto di sawah, kadang di jalanan tak beraspal, kadang di halaman rumah. Dia tidak istimewa, dia wanita biasa saja. Tetapi, entah sudah berapa kali kulihat fotonya di beranda. Kadang lama kupandangi, menarik, cantik, indah senyumnya. Tapi aku cuwekin aja, lagian buat apa memperhatikan dia. Namun, semakin lama, semakin sering aku melihatnya. Tak sabar juga jadinya ingin bertemu. Kucoba saja chat dia di Facebook dan memperenalkan diri.

"Salam kenal juga," jawabnya.

Di setiap statusnya banyak yang berkomentar memuji kecantikannya. Rupanya dia banyak penggemarnya. Mungkin aku saja yang menilai kecantikannya biasa-biasa saja. Bagi banyak pria, dia istimewa. Tetapi, aku tidak suka bertele-tele. Berkomentar di status facebook itu menurutku bertele-tele, lebih baik langsung take action. Kalau memang cocok, lebih baik langsung lamar dan ajak nikah biar resmi dimiliki.


"Kamu cantik," blasku.

"Namanya perempuan, Mas," blasnya disertai emoji tertawa.

"Tapi beda dengan yang lain."

Dia balas emoji lagi.

"Boleh aku ke rumahmu?" tanyaku.

"Boleh."

Senang sekali mendapat respon baik. Aku pun menanyakan alamat detailnya. Dia pun menunjukkannya. Senang sekali rasanya. Lumayan jauh rumahnya, tapi, selagi aku mampu, aku lakukan. Aku pun mencari jalan agar bisa sampai di daerahnya dan menanyakan padanya kapan bisa berkunjung. Ia pun tidak membatasi karena memang di rumah terus. Sekalian kuminta nomor hpnya. Harapanku, bisa segera menikah dengannya. Dilihat dari status-satus Faceboonya dan teman-teman Facebooknya, sepertinya dia baik. Entah wataknya, apakah dia pemarah, penyabar, atau bagaimana, aku belum tahu. Tetapi, asal mau belajar agama dan rajin ibadah, in sya Allah, ia akan selalu mendapat hidayah Allah.

Aku mencoba mencari penginapan di daerahnya. Banyak tawaran di Facebook dengan beragam fasilitas dan harga. Kuputuskan memesan yang dekat terminal. Sore aku berangkat dan sampai di sana sekitar jam 10 malam. Aku disambut seorang perempuan, mungkin ia penjaga kost atau pemilik kost tersebut. Dia menunjukkan kamar yang aku pesan.

"Mau sendiri atau ditemani, Mas?" tanyanya.

Aku kaget. Sempat tercengang menatap wajahnya. Jam segitu badan sudah terasa lelah, ingin tidur. Melihat wanita cantik menawarkan diri menemani tidur, aku jadi pusing. "Sendiri aja, Mbak," jawabku singkat. Dia pun langsung pergi. Kututup pintu kost dan duduk di ranjang. Masih terbayang perempuan tadi. Ada rasa menyesal kenapa tidak minta ditemani saja, kan bisa buat teman ngobrol, tidak harus berbuat mesum. Tetapi, itu pasti beresiko. Aku pun segera tidur.

***

Usai sarapan pagi aku menuju alamat wanita cantik tersebut. Agak grogi saat berdiri di depan rumahnya, aku WA dia. Rupanya lama tidak merespon. Ada orang keluar dari rumah sebelahnya. "Tamunya Mbak Ana," katanya. Hmm... Wajahnya cantik sekali, seksi juga. Aku jadi terpana. "Ada, Mas," katanya. "Coba tak panggilin ya." Dia mengetuk intu rumah tersebut.

Tak lama kemudian keluar seorang wanita cantik, persis seperti foto di Facebook. Mempesona. Dia mempersilahkan aku masuk. Rasanya, kayak sudah jadi suaminya aja aku ini. Aku dipersilahkan duduk. Rumahnya sepi, sepertinya dia sendirian. Dia ke dalam, mungkin mau ambilin minum dan camilan. Tak lama kemudian dia keluar dengan segelas teh dan duduk di dekatku. "Sampai jam berapa tadi malam?" tanyanya.

Dadaku berdebar-debar. Dia cantik sekali, wajahnya fresh banget. Bahagia rasanya punya istri secantik ini. Lembut juga tuturnya. "Sekitar jam 10 malam."

"Wah, lumayn malam ya."

Aku tak mau berbelit-belit, "Kamu single?" tanyaku.

Dia tersenyum. "Sebenarnya masih belum resmi cerai sih, Mas," katanya. Rupanya punya suami, tapi bagi aku, tak apalah kalau cantik begini, asal sudah resmi cerai. "Suami aku punya kelainan, lebih suka sama wanita tua." Aku kaget mendengarnya. "Dia selingkuh sama nenek-nenek." Pasti dia jarang disentuh suaminya. "Ya sudah, aku usir saja dia. Ini lagi proses cerai."

"Mau nikah sama saya?"

Dia tersenyum. "Masnya serius?"

Tiba-tiba datang seorang laki-laki dan langsung masuk. Dia melihatku, tampak marah. "Siapa?!" tanyanya.

"Ngapain kamu ke sini lagi?!" Bentak Ana.

"Aku kan suamimu!"

"Apa?!"

"Aku masih suamimu!"

"Bukannya lebih doyan nenek-nenek?!"

"Tapi kan, aku juga mau sama kamu."

"Percuma...!! Kita harus segera cerai...!!"

Pria itu menatapku. Dia tampak marah. "Aku tidak akan menceraikanmu...!!" katanya pada Ana. Lalu dia pergi.

"Tidak usah dihiraukan, Mas," kata Ana. "Ada saudara yang bisa bereskan masalah ini."

Jadi rumit, padahal ingin yang segera sah, biar tidak lama-lama. Pasti nunggu waktu proses cerai, belum lagi masa iddah. Mau cari lain, tapi sulit juga cari yang cantiknya begini dan mau. Jadi terjebak masalah. Biasanya, kalau suami tidak mau mengucapkan ikrar cerai, maka harus menunggu enam bulan lamanya. Rumit urusannya.

***

Aku kembali dengan ketidak pastian. Inginnya segera menikah, tapi malah rumit. Tiba di terminal Wonogiri aku mampir di warung, karena lapar. Kulihat lauknya banyak variannya, pasti enak. Kupilih udang, tongkol, ayam bakar dan sayur kacang panjang. Benar. Masakannya luar biasa. Kudengar anak kecil membaca Al Quran. Tak lihat ke arah suara. Rupanya sang penjual menajari anaknya membaca Al Quran. Wah, wanita sholihah, pikirku. Kalau saja single, tak nikahi saja. Tak buat lama makan biar pelanggan lain keluar, kalau ada kesempatan tak tanya, punya suami apa tidak. Biasanya, perempuan cantik kalau masih bekerja, tida punya suami atau suaminya kurang mampu.

Orang yang makan di sampingku seelsai dan keluar dari warung. Sebelum ada pelanggan lain masuk, aku sempatkan bertanya. "Anaknya, Mbak?" tanyaku.

Wanita itu agak kaget. "Iya," katanya sambil tersenyum.

Aku bingung caranya untuk menanyakan punya suami apa tidak. Tapi, akhirnya dapat juga ide, "Sama suami jualannya, Mbak?" tanyaku. Sebenarnya tidak nyambung sama pertanyaan sebelumnya.

"Suami diambil pelakor, Mas," jawabnya.

Wah, wanita ini memang tidak secantik Ana, tidak sebenaning dia. Tapi, aku suka postur tubuhnya, menggoda, wajahnya juga menggugah selera pria, meskipun tidak mencolok cantik. Nekad saja, "Mau nikah sama saya, Mbak?" tanyaku. Lupa tidak nanya umur dulu. Pikirku, kalau jauh lebih tua, waduh.

Dia tertawa. "Belum kenal," katanya.

"Sampeyan mau ngajari anak ngaji. Itu jadi petunjuk bagi saya." Kulihat sejenak anaknya memandangku. Tapi, dia masih kecil sih, belum begitu paham.

Dia tampak mikir. Segera kuminta nomor WA-nya. Ternyata dia mau memberikannya. Kucatat nomor WA-nya. Pikirku, yang pasti bisa lebih cepat sah, daripada Ana yang masih berstatus istri orang. Semakin cepat sah, semakin cepat menghilangkan kegalauan. Untung bisnis online-ku sudah lumayan berkembang, jadi tidak terikat tempat. 

***

Aku tinggal di penginapan di Wonogiri, dekat terminal. Listi, wanita penjual nasi di warung tadi, mempersilahkan aku berkunjung sehabis maghrib. Aku pun ke sana. Rupanya dia tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan anaknya di rumah sederhana. Aku dipersilahkan duduk dan diberi hidangan teh hangat dan camilan khas Wonogiri, katanya.

Listi duduk di dekatku sambil menggendong anaknya. Sungguh wanita yang tangguh, wanita banget, pikirku. Dia sanat penyayang. "Masnya serius?" tanyanya. "Saya sudah umur 30, Mas," katanya.

Ah, tidak masalah. Aku sudah umur 28 tahun. Hanya lebih tua dua tahun. "Tidak apa-apa," jawabku. "Saya sudah ingin hidup berumah tangga."

Dia tersenyum. "Kalau memang mau menerima saya apa adanya, saya terima," jawabnya.

Legaaaa rasanya. Tinggal urus proses pernikahan.

Belum ada Komentar untuk "Foto Wanita Cantik di Facebook"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel